Rabu, 25 Januari 2017

Pembawa Bendera Merah Putih Berlafadz Tauhid

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu.
SubhanAllah walhamdulillah sahabat sholehku, simaklah Kalam Allah ini dengan iman,
"Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (QS Al Hujarat 10).
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain...." (QS At Taubah 71).
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa..." (QS Al Maidah 2).
Rasulullah bersabda, 
“Sayangilah siapa yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangi kalian.” (HR At-Tirmidzi).

"Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (H R Muslim)

“Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan, maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat." (HR Muslim).

"Almu'minu miratul mu'min, seorang mu'min adalah cermin bagi mu'min lainnya.. "(HR Abu Daud & Al Bukhori).

SubhanAllah karena itulah seorang mu’min harus menjadi penopang dari ketidakberdayaan saudara mu'minnya. Abang pun berkenan menjadi penjamin penangguhan penahanan saudara kita yang hafal Alqur'an, pembawa bendera merah putih berlafadzkan kalimat tauhid, Nurul Fahmi 28 tahun yang baru dua minggu diamanahi Allah bayi mungil cantik.

Alhamdulillah kami berpelukan erat menangis haru, dan sama-sama sujud syukur, dan juga mengucapkan terimakasih atas kebijakan dan kemurahan hati ayahanda jendral polisi Tito Karnavian.

Foto saat abang jemput beliau siang ini dari PolRes JakSel

Abang sayang beliau pemuda yg cinta Alqur'an ini krn Allah...

Allahu Akbar

InsyaAllah beliau segera akan bebas dari semua tuntutan...aamiin.

K. H. Muhammad Arifin Ilham 
24 Januari 2017

Senin, 09 Januari 2017

Ibadah Umrah dan Haji

Ibadah umrah terdiri dari empat rangkaian manasik, yaitu Ihram, Tawaf, Sa‘i, dan Tahalul. Keempat rangkaian manasik ini mesti dipenuhi untuk meraih kesempurnaan umrah yang sedang dilaksanakan.

Bagi yang hendak melakukan perjalanan ibadah haji dan umrah bersegera pulang dan tidak berlama-lama kecuali ada kebutuhan. Rasulullah Saw. bersabda, “Safar adalah bagian dari azab yang mencegah makan, minum, dan tidurmu. Apabila sudah selesai urusannya, maka bersegeralah untuk kembali pada keluarganya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Bagi yang hendak melakukan perjalanan ibadah haji dan umrah disunahkan untuk menulis wasiat terlebih dahulu, sebagaimana hadis Ibnu Umar r.a., “Dan menjadi saksi atasnya, membayar utangnya jika punya utang, mengembalikan barang-barang titipan atau meminta izin kepada pemiliknya untuk tetap dititipkan".

Salat di Masjidil Haram lebih baik dari seratus ribu salat di tempat lain.

Rasulullah Saw. bersabda, “Umrah pada bulan Ramadan seimbang nilainya dengan haji.” (Muttafaq ‘alaih)

Umrah bisa dilaksanakan setiap waktu, tetapi jika dilaksanakan pada bulan Ramadan, akan lebih utama.

Biaya yang dikeluarkan untuk ibadah haji merupakan infak fi sabilillah.

Surga adalah balasan bagi haji yang mabrur.

Rasulullah Saw. berpesan bahwa menuntut ilmu adalah perkara wajib bagi setiap muslim, maka pergunakanlah kesempatan dan media yang mungkin dimiliki untuk terus dan terus mempelajari manasik haji dan umrah yang pastinya sesuai dengan sunah, baik itu mengikuti manasik yang ada, membaca buku-buku yang berkaitan, atau bertanya langsung kepada ustadz yang menguasai ilmu seputar pelaksanaan ibadah haji dan umrah.

Biaya yang disediakan untuk melakukan perjalanan haji dan umrah seharusnya didapat dengan cara yang halal.

Bagi yang hendak melakukan perjalanan ibadah haji dan umrah dianjurkan untuk banyak berdoa selama perjalanan, karena semua permintaan sangat mungkin bisa terkabul.

Bagi orang yang hendak berhaji dan umrah, hendaknya menggunakan harta yang halal, karena Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik pula, sedangkan doa dari harta yang haram tidak akan dikabulkan.

Ibadah haji dan umrah dapat menghapus-kan dosa, bagi mereka yang menjalankannya sesuai dengan perintah Allah Swt.

Ibadah haji merupakan Jihad fi Sabilillah.

Haji merupakan konferensi besar bagi umat Islam untuk saling berkenalan, berkasih sayang, dan saling membantu untuk menyelesaikan kesulitan-kesulitan mereka. Dan, agar umat Islam menyaksikan manfaat bagi mereka dalam urusan agama dan dunia.

Rasulullah Saw. bersabda, “Umrah ke umrah adalah penghapus dosa antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada pahala baginya selain surga.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Setelah berniat dan mempersiapkan diri untuk menunaikan ibadah haji atau umrah, maka wajib baginya mempelajari manasik agar ibadahnya benar dan terhindar dari hal-hal yang membatalkan.

Tidak cukup persiapan fisik dan mental saja, tentunya biaya yang dikeluarkan untuk beribadah haji dan umrah pun hendaknya betul-betul terjaga dari segala bentuk noda yang akan merusak rangkaian kehormatan dalam perjalanan ibadah tersebut.

Bagi yang hendak melakukan perjalanan ibadah haji dan umrah dianjurkan agar mengajak sejumlah teman untuk bepergian dan mengangkat salah seorang jadi amir safar (ketua rombongan) agar mudah dikumpulkan, mudah untuk sepakat, dan lebih mudah untuk mencapai tujuan. Rasulullah Saw bersabda, “Apabila tiga orang keluar dalam sebuah perjalanan, hendaklah mereka mengangkat salah satu jadi ketua di antara mereka.” (H.R. Abu Daud)

Bagi mereka yang hendak melaksanakan ibadah haji atau umrah, wajib untuk bertobat dari dosa-dosa dan kemaksiatan. Hakikat tobat itu sendiri adalah berlepas diri dari segala bentuk dosa dan meninggalkannya, menyesal atas perbuatan yang sudah dikerjakannya, serta memiliki keinginan kuat untuk tidak mengulanginya. Jika bersalah kepada orang lain, lekaslah meminta maaf. Jika kesalahan itu berhubungan dengan harta benda, segera kembalikan.

Rasulullah Saw. bersabda, “Iringilah antara ibadah haji dan umrah karena keduanya meniadakan dosa dan kefakiran, sebagaimana alat peniup api menghilangkan kotoran karat besi, emas, dan perak, dan tidak ada balasan bagi haji mabrur melainkan surga.” (H.R. Tirmizi, Nasa’i, dan yang lainnya)

Secara bahasa, “haji” berarti “menyengaja sesuatu”. Sebagian ahli mengatakan bahwa kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja.

Seorang muslim hendaknya ber-azzam untuk melaksanakan haji setidaknya satu kali. Itu wajib. Sementara, haji yang dilakukan untuk kedua kali dan seterusnya hukumnya sunah, sesuai dengan kesepakatan para ulama.

Jika telah memenuhi syarat (nishab) dari rukun tersebut, tetapi kemudian melalaikan atau bahkan dengan sengaja meninggalkan ibadah haji, maka kualitas keislaman orang tersebut perlu dipertanyakan.

“Musim haji itu pada bulan-bulan yang telah dimaklumi. Siapa saja yang mengerjakan haji dalam bulan-bulan tersebut, ia tidak boleh berkata jorok (rafas), berbuat maksiat, dan bertengkar dalam melakukan ibadah haji. Allah mengetahui semua kebaikan yang kamu kerjakan. Bawalah bekal karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku, hai orang berakal!” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 197)

Haji merupakan ibadah dengan tempat dan waktu yang telah ditentukan. Tempat itu tiada lain merupakan pusat sejarah dan simbol yang seolah semakin mendekatkan setiap individu dengan Khaliknya. Mendatanginya dapat diibaratkan sebagai upaya kehormatan untuk bertamu menghadap-Nya. Dengan demikian, perlu persiapan yang sangat matang agar kondisi fisik maupun mental cukup layak demi menjaga tata krama kepada Sang Pemilik Rumah yang mulia (Baitullah).

Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Jika ada seseorang yang ingin bepergian dan meminta wasiat kepadaku, maka aku bersabda, ‘Semoga Allah menambahkan bagimu ketakwaan, menghapus dosamu, dan memudahkan kebaikan bagimu di mana pun kamu berada.” (H.R. Tirmizi dan Hakim)

Bagi yang hendak melakukan perjalanan ibadah haji dan umrah, selain mendalami tentang hukum-hukum seputar haji dan umrah hendaknya memahami juga hukum-hukum seputar bepergian seperti jama-qasar, hukum tayamum dan mengusap kedua khuf, dan hukum-hukum lain yang dibutuhkan selama mengerjakan perjalanan ibadah haji. Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan, Allah akan memahamkan agamanya.” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa melakukan haji ikhlas karena Allah Swt. tanpa berbuat keji dan kefasikan, maka ia kembali tanpa dosa sebagaimana waktu ia dilahirkan oleh ibunya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Sebagian ulama muta’akhirin (kontemporer) memandang perlu memasukkan unsur kesehatan, kesempatan, dan keamanan sebagai salah satu unsur yang memungkinkan sampainya seseorang di tempat pelaksanaan haji itu (Imkaan al-wusul) serta segala yang terkait dengan kebijakan pemerintah setempat atau pemerintah Arab Saudi langsung dengan ketentuan perhajian dari negara yang bersangkutan, menjadi salah satu dari unsur kajian istitha’ah.
“Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syiar Allah. Siapa pun yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak berdosa mengerjakan sa‘i antara keduanya. Siapa pun mengerjakan kebajikan dengan kerelaan hati, maka Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 158).
Sebagai Rukun Islam yang kelima, ibadah haji memiliki posisi yang setara dalam mengukur kualitas keislaman seorang muslim dengan keempat rukun yang lainnya.

Pada saatnya kembali dari haji dan umrah, agenda perubahan diri ke arah yang lebih baik harus sudah disiapkan.

Haji merupakan ibadah dengan nilai-nilai pengorbanan dan perjuangan yang terhitung berat. Haji merupakan ibadah dengan kewajiban menunaikannya hanya satu kali saja seumur hidup.

Bagi yang hendak melakukan perjalanan ibadah haji dan umrah disunahkan berpamitan kepada keluarga, kerabat, dan orang-orang yang dikenal, baik tetangga maupun kolega. Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Siapa yang hendak bepergian, hendaklah ia berkata kepada orang yang akan ditinggalkannya: ‘Aku menitipkan kalian kepada Allah karena sesuatu yang dititipkan kepada-Nya tidak akan hilang.’” (H.R. Ahmad dan Ibnu Majah)

Rasulullah Saw. bersabda, “Orang yang berperang di jalan Allah dan orang yang menunaikan haji dan umrah adalah delegasi Allah. Ketika Allah menyeru mereka, maka mereka memenuhi panggilan-Nya. Dan, ketika mereka meminta kepada-Nya, maka Allah mengabulkan permintaan mereka.” (Hadis hasan, dalam Shahih al-Jaami‘ish Shaghiir dan Sunan Ibnu Majah)

Secara umum kemampuan fisik (badan), bekal, dan transportasi menjadi hal yang paling utama dalam istitha’ah seseorang, baik dalam melaksanakan ibadah haji maupun umrah.

Jika ditelusuri dari silsilah kenabian, ibadah haji merupakan salah satu syariat yang sempat diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. Dengan kehendak Allah, ibadah haji tersebut kembali menjadi salah satu isi dari ajaran yang dibawa oleh Muhammad Saw. sebagai nabi akhir zaman.

Haji dan umrah hendaknya menjadi shibghah (celup) untuk mengganti warna kepribadian yang semula gelap karena akhlak yang tidak terkendali menjadi pribadi dengan warna baru yang berhias kesalehan.

Dianjurkan bagi orang yang datang dari perjalanan jauh, seperti sepulang dari ibadah haji atau umrah, untuk bersikap lembut kepada anak-anak dari keluarganya ataupun tetangganya, dan merasa senang apabila mereka menyambutnya. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Bagi yang hendak melakukan perjalanan ibadah haji dan umrah, berusahalah untuk mencari teman yang baik, kalau bisa dari orang yang memiliki ilmu agama. Mudah-mudahan, dengan seperti ini bisa mendapatkan taufik dan tidak terjerumus pada kesalahan selama mengerjakan ibadah haji dan umrah.

UMRAH adalah berkunjung ke Ka’bah untuk melakukan serangkaian ibadah dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan.
“Di sana terdapat tanda-tanda Maqam yang jelas, di antaranya Maqam Ibrahim. Siapa pun yang memasuki Baitullah, ia akan aman. Di antara kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu melaksanakan ibadah haji ke Baitullah bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Bagi siapa pun yang mengingkari kewajiban haji, ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya, tidak memerlukan sesuatu dari seluruh alam.” (Q.S. Āli ‘Imrān [3]: 97)
“Sesungguhnya, rumah ibadah pertama yang dibangun untuk manusia adalah Baitullah yang ada di Mekkah, yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. Di sana terdapat tanda-tanda Maqam yang jelas, di antaranya Maqam Ibrahim. Siapa pun yang memasuki Baitullah, ia akan aman. Di antara kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu melaksanakan ibadah haji ke Baitullah bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Bagi siapa pun yang mengingkari kewajiban haji, ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya, tidak memerlukan sesuatu dari seluruh alam.” (Q.S. Āli ‘Imrān [3]: 96-97)
Perbekalan utama dari semuanya adalah ketakwaan. Dalam arti, kesiapan untuk menjalankan haji dan umrah sebenar-benarnya, didasari keikhlasan dan tata cara manasik yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah.

Dianjurkan, bagi orang yang baru datang dari perjalanan jauh, seperti sepulang dari ibadah haji atau umrah, untuk terlebih dahulu salat dua rakaat di masjid terdekat, sebagaimana perbuatan Nabi Muhammad Saw. (H.R. Bukhari dan Muslim)

“Salat di masjidku lebih utama dari seribu salat di masjid lain kecuali Masjid Ka’bah.” (H.R. Muslim)

Secara istilah, haji adalah menyengaja berkunjung ke Baitullah, untuk melakukan Tawaf, Sa‘i, Wukuf di Arafah dan melakukan amalan-amalan yang lain dalam waktu dan tempat tertentu untuk mendapatkan keridhoan dari Allah Swt.” Rasulullah Saw. bersabda, “Ikutilah aku dalam ibadah hajimu.” (H.R. Muslim)

Ibnu Umar r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Islam dibangun di atas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan salat, menunaikan zakat, haji, dan puasa Ramadan.” (H.R. Bukhari)

Aam Amiruddin
1 – 8 Januari 2017

Jumat, 06 Januari 2017

Keutamaan Majlis Zikir dan Ilmu

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu.

SubhanAllah walhamdulillahsahabatku tercinta karena Allah kembali kita simak indahnya keutamaan Majlis Zikir dan Ilmu :

Allah berfirman,
"Di rumah-rumah (mesjid) yang di­beri izin oleh Allah buat ditinggi­kan dan disebut sebut namaNya, baik pagi atau petang" (QS An Nur 36).
Rasulullah bersabda,
“Tidak satu kaumpun yang duduk dzikir kepada Allah Ta’ala, kecuali mereka akan dikelilingi Malaikat, akan diliputi oleh rahmat, akan beroleh ketenangan, dan akan disebut-sebut oleh Allah pada siapa-siapa yang berada disisi-Nya” (HR. Muslim, Ahmad, Turmudzi, Ibnu Majah, Ibnu Abi Syaibah dan Baihaqi).

“Rasulullah pergi mendapatkan satu lingkaran dari sahabat-sahabatnya, tanyanya, "Mengapa kalian duduk disini?", Ujar mereka, "kami duduk disini adalah untuk dzikir pada Allah Ta’ala dan memuji-Nya atas petunjuk dan kurnia yang telah diberikan-Nya pada kami dengan menganut agama Islam". Rasulullah bertanya, "Demi Allah tak salah sekali! Kalian duduk hanyalah karena itu". Mereka berkata, "Demi Allah kami duduk karena itu. Rasulullah berkata, "Dan saya, saya tidaklah minta kalian bersumpah karena menaruh curiga pada kalian, tetapi sebetulnya Jibril telah datang dan menyampaikan bahwa Allah swt. telah membanggakan kalian di hadapan Malaikat“ (HR Muslim).

Allahumma ya Allah berkahi persahabatan kami, harakah da'wah kami dan majlis kami...aamiin.

K. H. Muhammad Arifin Ilham 
5 Januari 2017

Jaga Iman dan Akhlak

 Sahabatku iman yang paling baik adalah akhlak Dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ ...