Senin, 30 Maret 2020

Positive Thinking


Oleh: Abdullah Zaen, Lc., MA

Tersebarnya wabah bukan hal baru dalam sejarah kehidupan manusia. Sudah ada sejak dahulu. Namun yang menarik untuk dicermati, bahwa jumlah korban dibanding orang yang selamat, ternyata lebih banyak yang selamat.

Hingga saat inipun, jumlah korban wabah covid-19 di seluruh dunia, dibanding yang sehat, tetap lebih banyak yang sehat. 

Jadi, nikmat yang Allah berikan pada kita itu lebih banyak dibanding musibah yang ditimpakan-Nya. Maka berhentilah berkeluh-kesah! Sebab hal itu tidak menyelesaikan masalah. 

Tumbuhkan pikiran positif. Apalagi tentang Allah ta’ala.

Tahukah Anda, bahwa sebenarnya kenikmatan dunia itu sangat simpel. Hanya tersimpul dalam tiga poin. Sebagaimana dijelaskan Baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam,

"مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ؛ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا"

"Barang siapa yang melewati harinya dengan perasaan aman di dalam rumahnya. Badannya sehat. Memiliki makanan untuk hari itu. Maka seakan ia telah memiliki dunia".
(HR. Tirmidziy dan dinilai hasan oleh beliau serta al-Albaniy.)

Tiga hal itu adalah:

Pertama: Aman tinggal di rumah

Rata-rata kita saat ini bisa berkumpul dengan keluarga di rumah. Sebuah nikmat yang teramat mahal bagi sebagian kalangan. Dikarenakan padatnya pekerjaan yang ‘menggila’. Bahkan weekend pun masih digunakan untuk lembur.

Sekarang, karena adanya himbauan social distancing, semua anggota keluarga ‘dipaksa’ berkumpul di rumah. Bahkan di luaran sana, ada aparat berpatroli menjaga agar kita masuk ke rumah. Bukankah ini sebuah nikmat yang tak ternilai?

Kedua: Sehat jasmani

Dengan gencarnya himbauan gaya hidup sehat, banyak perilaku salah yang kita tinggalkan. Sekarang rumah menjadi lebih bersih. Pola makan semakin teratur. Bertambah rajin olahraga dan berjemur matahari pagi. Efeknya imunitas tubuh pun makin meningkat.

Ketiga: Bisa makan

Petunjuk nabawi di atas menjelaskan bahwa bisa makan di hari ini, adalah sebuah kenikmatan luar biasa. Bahagia itu tidak harus punya tabungan yang cukup untuk makan setahun ke depan.

Tak bisa dipungkiri bahwa penghasilan berkurang nominalnya. Namun kekurangan itu bisa disiasati dengan berburu keberkahan. Sehingga yang sedikit itu bisa cukup. Atau bahkan lebih.

Caranya? 
Syukuri dan berlatih hidup sederhana. Bukankah dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sekeluarga pernah hanya mengkonsumsi kurma dan air putih selama berbulan-bulan? 

Kurangi pengeluaran yang tidak primer. Contohnya pulsa dan lauk-pauk berlebih. Apalagi pengeluaran yang tidak ada manfaatnya. Seperti rokok. 

Adapun orang dikaruniai Allah rizki banyak, berbagilah. Sekarang kesempatan emas mendulang pahala melimpah. Sebab pahala sedekah akan semakin berlipat, manakala kebutuhan si fakir semakin mendesak.

Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 
Ahad, 4 Sya’ban 1441 / 29 Maret 2020

Sabtu, 21 Maret 2020

Thoun

Menilik sejarah Islam kita akan menemukan begitu banyak pelajaran berharga dalam menangani berbagai masalah termasuk mengatasi Pandemi Virus Corona saat ini.

Tercatat pada tahun 18 H Umar Ibn Khatrab beserta sejumlah shahabat bergerak dari Madinah menuju Syam, yakni kawasan yang meliputi Suria, Lebanon, Palestina dan Jordan hari ini.

Sesampainya di daerah Amwas mereka bertemu dengan pimpinan pasukan muslim Syam. Abu Ubaidah Ibn Jarrah. Seraya beliau melaporkan kepada Umar bahwa di Syam ada wabah pendemi thaun. Mendengar khabar ini mereka berbeda pendapat Abu Ubaidah mengharapkan Umar masuk ke Syam sementara Umar menolaknya. Umar pun bermusyawarah dengan para shahabat senior. Para shahabat menuduh Umar lari dari taqdir, sementara Umar berargumen lari dari satu taqdir tetapi mengambil taqdir yang lain. Sambil memberi contoh jika diberi pilihan untuk menggembala ternak di dua tempat padang yang kering kerontang atau padang yang subur penuh tanaman mana yang akan diambil.

Belum lagi selesai perdebatan mereka datanglah Abdurrahman Ibn Auf menengahi sambil mengatakan bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah SAW, bahwa "jika kita mendengar berita ada pandemi di satu daerah janganlah kita masuk ke situ. Jika kita di dalamnya janganlah keluar daerah tersebut" (khawatir menular ke yang lain). 

Umar dan rombongan pun kembali ke Madinah sementara Abu Ubaidan Ibn Jarrah, Muadz Ibn Jabal dan ribuan shahabat lain tetap di Syam. Masya Allah sebagian besar mereka pun syahid... Mendengar hal ini shahabat senior lain Amr Ibn Ash memberikan solusi bahwa kita harus berpencar satu sama lain jangan berkumpul. Karena Thaun akan sangat mudah menular jika berdekatan. Beliau menganjurkan kita tinggal di rumah kita masing-masing dan menjauhi kerumunan.

Itulah mungkin apa yang hari ini disebut social distancing atau bahkan tahap lanjutnya lock down. Masya Allah

#hikmah #sejarahislam #lockdown #covid19 

Muhammad Syafii Antonio

20 Maret 2020

Jaga Iman dan Akhlak

 Sahabatku iman yang paling baik adalah akhlak Dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ ...