Jumat, 14 Oktober 2022

Jaga Iman dan Akhlak

 Sahabatku iman yang paling baik adalah akhlak

Dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”
(HR. Tirmidzi no. 1162. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 284.)

Semakin bertambah ilmu agama dan keimanan seorang hamba seharusnya semakin baik pula akhlaknya, tetapi jika akhlak tidak semakin baik maka waspadalah, mungkin ada yang salah dari dalam diri kita saat belajar agama dan mengamalkannya. Tugas kita adalah terus belajar dan memperbaiki setiap amal perbuatan yang akan kita lakukan.

Semoga senantiasa Alloh jaga iman dan akhlak kita, agar terhindar dari salahnya niat dalam menuntut ilmu.

KH. Abdullah Gymnastiar
12 Oktober 2022

Minggu, 17 Juli 2022

Syarat Meraih Kesuksesan & Kebahagiaan

Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa diuji (dengan kendala/masalah) kemudian bersabar (berusaha menghadapinya), diberi (meraih kesuksesan) lalu bersyukur (tidak menyombongkan diri), dizalimi (mengalami ketidakadilan) tetapi memaafkan (berlapang dada), dan menzalimi (berbuat khilaf pada sesama) lalu beristighfar (menginsyafi kesalahan), maka bagi mereka keselamatan dan mereka tergolong orang-orang yang memperoleh hidayah (kesuksesan dan kebahagiaan)". (HR. Al-Baihaqi, Syi'ab Al-Iman No. 4259)


Berdasarkan hadits tersebut, kesediaan menghadapi serta mengatasi "ujian" (kendala/masalah/kesulitan) merupakan syarat utama untuk mencapai kesuksesan. Pada konsepsi Islam juga dijelaskan bahwa kesuksesan itu bukan mencakup persoalan kehidupan materi duniawi semata, melainkan menjangkau kepada tercapainya memperoleh hidayah-Nya.

Muhammad Syafii Antonio
15 Juli 2022

Senin, 04 Juli 2022

Niat

 


Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Semua perbuatan tergantung niatnya dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) yang diniatkan. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia niatkan."

(HR. Bukhari No. 1 Kitab Al-Iman)

Dari hadits ini ada dua hal yang sangat penting untuk dipahami. "Nilai" suatu kebaikan bergantung pada niat. Kedua, seseorang memperoleh sesuatu sesuai yang diniatkan. Jadi, kebaikan menjadi kurang afdol bahkan bisa tidak ada artinya disisi Allah tanpa disertai niat mengharap keridhaan-Nya. Kemudian, barangsiapa yang cuma berniat memperoleh sesuatu (keduniawian) tanpa mengharap keridhaan-Nya hanya akan mendapatkan apa yang menjadi niatnya itu (keduniawian). Niat yang terbaik adalah selalu menyertakan pengharapan keridhaan Allah di setiap kebaikan termasuk pekerjaan sehingga kita memperoleh dua kebaikan sekaligus, yaitu hasil di dunia dan pahala untuk akhirat.

Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec
2 Juli 2022

Sabtu, 02 Juli 2022

Sifat Munafik

 Salah satu hal yang harus kita hindari dan jauhi adalah sikap atau sifat munafik. Sebab, selain berdosa maka sifat munafik ini akan merusak amal di dunia dan mendapat siksa di alam kubur yang sangat pedih.

Dalam kitab Sunan Tirmidzi ada sebuah hadits yang menceritakan orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya, di dalam kubur akan ditidurkan sampai Allah Ta’ala membangunkannya. Sementara, orang munafik akan dijepit bumi hingga tulang rusuknya remuk.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( إِذَا قُبِرَ الْمَيِّتُ أَوْ قَالَ أَحَدُكُمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ يُقَالُ لأَحَدِهِمَا الْمُنْكَرُ وَالآخَرُ النَّكِيرُ ، فَيَقُولَانِ : مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ ؟ فَيَقُولُ مَا كَانَ يَقُولُ : هُوَ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ ، أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . فَيَقُولانِ : قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُولُ هَذَا ، ثُمَّ يُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ سَبْعُونَ ذِرَاعًا فِي سَبْعِينَ ، ثُمَّ يُنَوَّرُ لَهُ فِيهِ ، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ : نَمْ ، فَيَقُولُ : أَرْجِعُ إِلَى أَهْلِي فَأُخْبِرُهُمْ ، فَيَقُولَانِ : نَمْ كَنَوْمَةِ الْعَرُوسِ الَّذِي لا يُوقِظُهُ إِلا أَحَبُّ أَهْلِهِ إِلَيْهِ حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ
وَإِنْ كَانَ مُنَافِقًا قَالَ : سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ فَقُلْتُ مِثْلَهُ لا أَدْرِي . فَيَقُولَانِ : قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُولُ ذَلِكَ ، فَيُقَالُ لِلأَرْضِ : الْتَئِمِي عَلَيْهِ ، فَتَلْتَئِمُ عَلَيْهِ ، فَتَخْتَلِفُ فِيهَا أَضْلاعُهُ ، فَلا يَزَالُ فِيهَا مُعَذَّبًا حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ

Abu Hurairah berkata, “Rasulullah bersabda: “Apabila mayit telah dikuburkan (salah satu di antaramu dikuburkan) maka datanglah dua malaikat yang hitam dan biru. Salah satunya bernama Munkar dan yang kedua Nakir. Kedua malaikat itu berkata: “Apa yang kamu katakan tentang lelaki ini (Nabi Muhammad SAW)?”
“Mayit menjawab seperti sebelum ia mati: Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, aku bersaksi bahwa tiada Dzat yang berhak diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”
“Kedua malaikat itu berkata lagi: “Kami tahu engkau akan berkata begitu.” Kemudian diluaskanlah kuburannya, lebar dan panjangnya tujuh puluh hasta serta diterangi cahaya. Lalu diucapkan kepadanya: tidurlah.”
“Mayit itu berkata: Aku mau pulang kepada keluargaku dan memberitahukan (keadaanku) kepadanya.”
“Kedua malaikat berkata: Tidurlah seperti tidurnya pengantin yang tidak dibangunkan kecuali oleh keluarganya yang paling dicintainya, sampai Allah membangunkannya dari tempat pembaringannya itu.”
“Kalau mayit itu orang munafik, maka dia akan menjawab dengan berkata: “Aku mendengar orang-orang mengatakan demikian, maka akupun mengatakan seperti yang mereka katakan. Aku tidak tahu.”
“Kedua malaikat itu berkata: Aku tahu kamu akan menjawab seperti itu. Lalu dikatakan kepada bumi: Jepitlah dia (orang munafik).”
Maka bumi menjepitnya sehingga tulang rusuknya remuk dan dia terus menerus dalam siksaan tersebut sampai Allah membangunkannya dari tempat siksaannya itu.” 
(HR Tirmidzi)

Ustadz Aam Amirrudin
30 Juni 2022

Rabu, 15 Juni 2022

Kebaikan

Sahabatku, siapa yang tidak mau mendapatkan kebaikan? Apalagi jika yang memberikan kebaikan tersebut adalah Rabb sebaik-baiknya pemberi kebaikan. Dan apa saja yang akan kita rasakan jika sekiranya kita sudah mendapatkan kebaikan tersebut?

Dari Mu'amiyah Radhiallahu'anhu, beliau berkata Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam bersabda:
"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faham dalam agama."
(Muttafaqun 'alaihi)

Semoga kita bisa menjadi orang-orang yang terpilih mendapatkan kebaikan tersebut, serta menjadi orang-orang yang cerdas dalam memahami agama. Aamiin Ya Robbal 'alamin

K.H. Abdullah Gymnastiar
13 Juni 2022

Jumat, 29 April 2022

Zakat Maal

 Tanya Jawab Seputar ZAKAT MAAL

1~> Tanya
Apakah syarat wajib zakat maal ?

~> Jawab
1. Islam
2. Merdeka
3. Berakal dan baligh
4. Hartanya memenuhi nisab
Jawaban no 1 masih kurang lengkap.
1. Milik penuh.
2. Halal
3. Nisab
4. Haul

2~> Tanya
Berapa nisab zakat maal untuk harta baik tabungan atau dagangan dan cara menghitungnya ?

~> Jawab
Untuk harta tabungan pribadi dan harta dagangan sebesar 85gr emas atau setara 72.250.000 (asumsi harga emas Rp850.000)_
Tabungan= 2,5% x jumlah tabungan
Harta dagangan = 2,5% x (Modal yang diputar + keuntungan + piutang yang dapat dicairkan - hutang - kerugian)

3~> Tanya
Apakah rumah atau mobil mewah wajib dihitung sebagai harta yang dizakatkan?

~> Jawab
Hukum asal rumah mewah dan mobil mewah yang tujuan kepemilikannya untuk dipakai sendiri tidak terkena zakat. Namun bila seseorang yang memiliki harta itu bertujuan untuk membisniskannya (jual beli untuk keuntungan) maka wajib dizakati setiap tahun.

4~> Tanya
Apakah rumah atau properti lainnya yang disewakan wajib dizakati ?

~> Jawab
Rumah maupun properti lainnya yang disewakan, tidak dizakati nilai fisiknya. Namun yang dizakati adalah hasil sewanya. Dalam keputusan Majma’ Fiqh Islami tentang zakat sewa tanah.
Properti yang disewakan, wajib dizakati nilai sewanya saja dan bukan nilai fisiknya. (Qarar Majma’ al-Fiqhi al-Islami, muktamat ke-11, Rajab 1409 H)

5~> Tanya
Bolehkah zakat maal di berikan dalam bentuk selain uang seperti sembako?

~> Jawab
Zakat Maal haruslah dalam bentuk asal harta tersebut atau nilainya, yaitu dalam bentuk uang. Tidak boleh dirupakan dalam bentuk barang, makanan, pakaian, atau selainnya. Jika terdapat fakir atau miskin yang memang tidak bermanfaat jika diberi uang, misal karena dia gila, atau mengalami keterbelakangan mental, sehingga jika diberi uang kurang bermanfaat baginya, atau malah menimbulkan mafsadat, maka saat itu boleh diberikan benda yang paling dia butuhkan.

6~> Tanya
Dan apa harus di ucapkan kalau ini dana zakat?

~> Jawab
Jika kamu menyerahkan zakat kepada orang yang kamu yakini dia berhak menerima, dengan niat zakat, maka ini menjadi zakat yang sah. Kami berharap semoga diterima oleh Allah Ta’ala. Dan anda tidak harus memberi tahukan kepada penerima bahwa itu zakat.
(Fatwa Lajnah Daimah, no. 11241)
Sekali lagi, ini berlaku jika penerima adalah orang yang kita yakini sebagai pihak yang berhak menerimanya, seperti fakir, miskin atau lainnya.
Sementra jika ini dititipkan ke lembaga atau yayasan penampung zakat, kita harus memberi tahu. Agar petugas bisa menyalurkannya ke sasaran yang benar.

7~> Tanya
Siapa saja penerima zakat?

~> Jawab
1.Fakir
Fakir adalah orang yang tidak punya apa-apa atau punya sedikit kecukupan tapi kurang dari setengahnya.
2.Miskin
Orang yang mendapatkan setengah kecukupan atau lebih tapi tidak memadai.
3. Amil
Pengurus zakat.
4. Muallaf
Orang-orang yang dibujuk hatinya.
5. Riqab
hamba sahaya.
6. Gharimin
Orang-orang yang memiliki hutang di jalan Allah dan tidak sanggup membayarnya.
7. Fi sabilillah
orang yang berjuang dijalan Allah.
8. Ibnu sabil
Orang yang dalam perjalanan karena Allah yang tidak memiliki biaya untuk kembali ke tanah airnya.

8~> Tanya
Bagaimana zakat maal yang dibagikan langsung ke anak-anak SMP dhuafa berupa uang tanpa melalui orang tuanya ?

~> Jawab
Jika memang anak SMP telah mumayyiz (akil baligh) dan termasuk dalam golongan yang berhak menerima zakat maka dibolehkan.

9~> Tanya
Apabila kita membayar zakat kepada anak yatim apakah itu sah secara hukum Islam?

~> Jawab
Pada dasarnya, anak yatim tidak termasuk orang yang berhak menerima zakat. Akan tetapi bila anak yatim itu tidak mampu maka ia berhak menerima zakat. Jadi, yang menjadikan seorang anak yatim bisa menerima zakat bukan karena statusnya sebagai yatim, tapi sebagai orang yang tidak mampu.

10~> Tanya
Apakah boleh seseorang menyalurkan zakat untuk kakek kandung, nenek kandung, orang tuanya, istri, anak, atau cucunya?

~> Jawab
Tidak boleh bagi seorang muslim mengeluarkan zakat untuk kedua orang tua kandung sampai ke atas (kakek dan nenek kandung) dan juga tidak boleh pula untuk anak-anaknya sampai ke bawah (cucu kandung). Bahkan kewajiban dia adalah memberi nafkah untuk mereka dari hartanya jika mereka butuh dan ia mampu untuk memberi nafkah. (Fatawa Al Mar-ah Al Muslimah, terbitan Darul Haytsam, cetakan pertama, 1423 H, hal. 168).
Pada prinsipnya, zakat tidak boleh disalurkan kepada orang yang biaya hidupnya masih menjadi kewajiban/tanggungan muzaki.

11~> Tanya
Apakah boleh memberikan zakat kepada keluarga istri misalnya mertua, kakak ipar, atau adik ipar yang dipandang menjadi golongan penerima zakat?

~> Jawab
Memberikan zakat kepada mertua dan saudara ipar dibolehkan.
Dikarenakan mertua atau keluarga istri secara umum, bukan termasuk orang yang wajib dinafkahi oleh seorang suami. Meskipun dianjurkan bagi suami untuk memperhatikan keadaan keluarga istrinya, sebagai bentuk mu’asyarah bil maruf (melakukan interaksi yang baik) kepada istrinya.

12~> Tanya
Bolehkah seorang istri berzakat kepada suami sendiri yang termasuk golongan mustahik zakat?

~> Jawab
Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan, tidak ada masalah bagi wanita yang mengeluarkan zakat perhiasan atau zakat lainnya kepada suami yang fakir atau memiliki utang yang tidak mampu dilunasi. Jika harta cukup nishab maka wajib zakat. Atau tidak berdosa istri memberi zakatnya kepada orang yang bukan menjadi tanggungan nafkahnya termasuk suami. Jadi, diperbolehkan menyalurkan zakat kepada suami dalam keadaan membutuhkan.
Menurut jumhur ulama, suami bukanlah tanggungan istri dalam mencari nafkah, sehingga diperbolehkan berzakat kepada suami yang fakir.

13~> Tanya
Apakah boleh zakat disalurkan kepada kakak dan adik kandung sendiri?

~> Jawab
Muzakki boleh menyerahkan zakatnya kepada selain yang wajib dinafkahi, maka dari itu penyerahan zakat kepada saudara laki atau perempuan yang kurang mampu dibolehkan. Bahkan menyerahkan zakat ke mereka nilainya lebih utama. Karena di sana ada unsur membangun jalinan silaturahmi.
(Dar al-Ifta’ al-Mishriyah, no. 6695)

14~> Tanya
Bolehkah memberikan zakat kepada paman, bibi, saudara kakek atau nenek atau keponakan ?

~> Jawab
Boleh dengan syarat kerabat tersebut bukan termasuk orang yang wajib kita nafkahi. Jika kerabat tersebut termasuk orang yang wajib kita nafkahi, maka tidak boleh menerima zakat dari kita.
Boleh memberikan zakat maal kepada kerabat yang miskin. Bahkan memberikan zakat kepada kerabat, lebih diutamakan daripada memberikannya kepada orang lain.

Sesungguhnya zakat kepada orang miskin nilainya zakat (saja). Sedangkan zakat kepada kerabat, nilainya dua: zakat dan silaturahim.
(HR. Nasai, Dariri, Turmudzi, Ibnu Majah dan dishahihkan al-Albani)

(Dirangkumkan dari berbagai sumber)

Sabtu, 09 April 2022

Amalan Sunnah Di Bulan Ramadhan

Di bulan Ramadhan ada amalan sunnah yang bisa dijalani yaitu makan sahur. Amalan ini disepakati oleh para ulama dihukumi sunnah dan bukanlah wajib, sebagaimana kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 7: 206. Namun amalan ini memiliki keutamaan karena dikatakan penuh berkah.


Dalam hadits muttafaqun ‘alaih, dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً

Di bulan Ramadhan ada amalan sunnah yang bisa dijalani yaitu makan sahur. Amalan ini disepakati oleh para ulama dihukumi sunnah dan bukanlah wajib, sebagaimana kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 7: 206. Namun amalan ini memiliki keutamaan karena dikatakan penuh berkah.
Dalam hadits muttafaqun ‘alaih, dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً

“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” 
HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095)

Yang dimaksud barokah adalah turunnya dan tetapnya kebaikan dari Allah pada sesuatu. Barokah bisa mendatangkan kebaikan dan pahala, bahkan bisa mendatangkan manfaat dunia dan akhirat. Namun patut diketahui bahwa barokah itu datangnya dari Allah yang hanya diperoleh jika seorang hamba mentaati-Nya.

Muhammad Syafii Antonio
7 April 2022

Rabu, 06 April 2022

Doa Buka Puasa Ramadan

Terdapat bacaan doa buka puasa Ramadan yang diriwayatkan oleh Abu Dawud sesuai sunah Rasulullah SAW.



"Kami mendapat riwayat dari Abdullah bin Muhammad bin Yahya, yaitu Abu Muhammad, kami mendapat riwayat dari Ali bin Hasan, kami mendapat riwayat dari Husein bin Waqid. Kami mendapat riwayat dari Marwan, yaitu Bin Salim Al-Muqaffa', ia berkata bahwa aku melihat Ibnu Umar menggenggam jenggotnya, lalu memangkas sisanya. Ia berkata, Rasulullah bila berbuka puasa membaca,

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Artinya: "Telah hilang rasa haus dan urat-urat telah basah serta pahala akan tetap insya Allah"
(Hadits shahih, Riwayat Abu Daud [2/306, no. 2357] dan selainnya; lihat Shahih al-Jami’: 4/209, no. 4678)

Muhammad Syafii Antonio
5 April 2022

Jumat, 01 April 2022

Alhamdulillah Berjumpa Dengan Ramadhan Lagi

 Alhamdulillah kita diberikan nikmat ditundanya ajal dan sampainya kita di bulan Ramadhan. Tentunya jika diri ini menyadari tingginya tumpukan dosa yang menggunung, maka pastilah kita sangat berharap untuk dapat menjumpai bulan Ramadhan dan mereguk berbagai manfaat di dalamnya.

Namun kenapa maksiat masih banyak terjadi di bulan Ramadhan walau setan itu diikat?

\Disebutkan oleh Abul ‘Abbas Al-Qurthubi:
1. Setan diikat dari orang yang menjalankan puasa yang memperhatikan syarat dan adab saat berpuasa. Adapun yang tidak menjalankan puasa dengan benar, maka setan tidaklah terbelenggu darinya.
2. Seandainya pun kita katakan bahwa setan tidak mengganggu orang yang berpuasa, tetap saja maksiat bisa terjadi dengan sebab lain yaitu dorongan hawa nafsu yang selalu mengajak pada kejelekan, adat kebiasaan dan gangguan dari setan manusia.
3. Bisa juga maksudnya bahwa setan yang diikat adalah umumnya setan dan yang memiliki pasukan sedangkan yang tidak memiliki pasukan tidaklah dibelenggu.

Intinya maksudnya adalah kejelekan itu berkurang di bulan Ramadhan. Ini nyata terjadi dibandingkan dengan bulan lainnya.

(Al-Mufhim lima Asykala min Takhlis Kitab Muslim, 3: 136. Dinukil dari Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab no. 221162)

Muhammad Syafii Antonio
31 Maret 2022

Minggu, 26 Desember 2021

Meyakini Kehadiran Allah Subhanahu Wa Ta'ala

Dari Abu Bakar ash-Shiddiq, beliau berkata, “Aku melihat tapak kaki kaum musyrikin ketika kami bersembunyi di dalam gua, dan orang-orang tersebut tepat di atas kepala kami. Lalu aku berkata, ‘Ya Rasulullah, andaikata seseorang dari mereka itu melihat ke bawah kakinya maka pasti mereka akan melihat tempat kita ini. ‘ Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda ‘ Wahai Abu Bakar, apakah engkau mengira bahwa kita hanya berdua? Allah adalah yang ketiga dari kita ini.”

HR. Imam Bukhari dan Muslim



Nah, saudaraku. Kalau kita misalnya menyebut Allah sebagai “yang ketiga”, seperti pada hadis tersebut, maka jangan membayangkan kita menjadi bertiga dengan Alloh dalam bentuk sebagaimana kita sehari-hari. Karena Allahu Ahad itu bukan berarti angka ‘satu’ dalam bilangan kita.

Kalau angka satu bilangan kita dapat ditemui dari mana saja. Misalnya setengah ditambah setengah, dua dikurang satu, sepertiga dikali tiga atau dua dibagi dua. Satunya kita bisa penjumlahan, pengurangan, pengalian dan pembagian. Tapi Allahu Ahad tidak bisa dari sisi mana pun.

Allahu Ahad berbeda dengan “satu”-nya kita. Maksudnya, Allah tidak harus wujud. Seperti sekarang saudara sedang membaca tulisan ini, Allah pasti hadir dan menyaksikan. Misalkan saat membaca tulisan ini saudara sendirian, maka saudara bisa menyebut Allah sebagai “yang kedua”. Saudara sedang berdua dengan Allah.

Tidak sulit bagi kita meyakini sesuatu yang tidak terlihat. Seperti udara dan gaya gravitasi, kita meyakininya ada meski tidak tampak. Sama dengan elektron, proton, atau listrik juga tidak tampak, mungkin baru terlihat ketika ada yang salah pegang kabel.

Untuk lebih jelasnya, saya akan menyampaikan sebuah kisah yang sudah sering diceritakan. Bagi saudara yang mungkin masih ingat, tidak ada salahnya membaca lagi supaya kita tidak mudah lupa tentang kehadiran Allah.

Suatu ketika ada seseorang yang terpelajar secara duniawi bertanya tiga hal kepada orang-orang. Pertama, tentang bukti kehadiran Allah. Kedua, tentang apa sebetulnya takdir.

ketiga, tentang setan yang dicipta dari api dan dimasukkan ke neraka yang api juga, yang dianggapnya sebagai lelucon.

Setiap orang yang ditanyainya tidak ada yang bisa menjawab. Sampai kemudian ada seseorang yang berkata padanya agar dia pergi menemui seorang alim di sebuah kampung, “Insya Allah, beliau bisa memberi jawaban yang memuaskan Anda.” Tapi orang yang terpelajar duniawi menganggap nasehat itu sebagai lelucon tambahan. “Orang kota saja nggak bisa jawab, apalagi orang kampung.” Katanya. “Dicoba saja dulu,” jawab seseorang tadi meyakinkannya.

Singkat cerita, sampailah dia di kampung dan bertemu orang alim yang dimaksud. Dia langsung bertanya, “Kakek, setiap yang ada itu harus ada buktinya. Kalau Tuhan ada buktinya? Lalu apa itu takdir? Jangan-jangan cuma alasan atau dalih saja karena nggak berani menerima kenyataan. Dan, katanya setan dibuat dari api, tapi mengapa dimasukkan ke neraka yang api juga? kan, api dengan api ngga berasa. Bagaimana, kek?”
Kakek alim berkata, “mendekat kesini, nak.” Plakk…

Orang yang terpelajar duniawi itu ditempeleng. “Kakek! Kalau ngga bisa jawab, jangan emosi dong!” teriaknya kesakitan. “Maafkan saya, nak. Itu bukan menempeleng, tapi itulah jawabannya.” Tapi dia masih tidak terima, “Jawaban bagaimana, kek? Sakit ini!”

“Benar sakit?” tanya kakek. “Sumpah, sakit banget, kek!” Lalu kakek itu bertanya lagi, “engkau yakin sakit itu ada?” “Yakin, kek!” Kakek itu kembali berkata, “Baiklah, kalau benar sakit itu ada, coba tunjukkan atau gambarkan saja seperti apa sakit itu?” Orang yang terpelajar mulai kebingungan, “Ya, pokoknya ada.”

Itulah bukti bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu ada, tapi tidak bisa ditunjukkan atau digambarkan tapi bisa dirasakan bagi yang yakin kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

“Baiklah,” lanjut kakek itu, “Apa sebelum itu engkau pernah bermimpi ditempeleng?” “Tidak,” jawabannya. “Apa engkau merencanakan ditempeleng?” Tanya kakek lagi. “Sama sekali tidak.” Atau, “Mungkin engkau punya cita-cita ditempeleng?” “Amit-amit, nggalah kek.” Maka,”itulah takdir,” jelas kakek alim.

Lalu, “Ini apa?” kakek menunjuk telapak tangannya, “kulit.” Dan, “Di pipimu itu apa?” Kulit,” jawabanya lagi. “Jadi, saat kulit bertemu dengan kulit tadi bagaimana?” “Sakit , Kakek, Ujarnya yang masih kesakitan. Begitulah ketika setan dimasukan ke neraka.

Nah Saudaraku. Kita harus yakin bahwa Allah selalu Hadir, Menyaksikan, Mengawasi dan Menjaga kita. Jangan sampai kita merasa bahwa Alloh tidak ada dan tidak melihat, karena baik kita berbua baik ataupun buruk, Allah Subhanahu Wa ta’ala pasti tahu.

KH. Abdullah Gymnastiar
24 Desember 2021

Rabu, 22 Desember 2021

Istimewanya Shalat Tahajud

 Salah satu shalat sunnah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan adalah shalat Tahajud. Shalat Tahajud mempunyai cukup sangat istimewa meskipun hukumnya sunnah. Sebab, dalam beberapa Riwayat hadits disebutkan bahwa Rasulullah Muhammad Shalallahi Alaihi Wassalam diketahui tak pernah meninggalkan amalan tersebut hingga akhir hayatnya.

Bahkan, Rasulullah Shalallahi Alaihi Wassalam mengerjakannya hingga kedua telapak kaki beliau bengkak-bengkak. Untuk dapat melakukannya, kita dapat mengawali dengan niat bangun malam sebelum tidur.
Jumhur ulama mendasarkan anjuran untuk melakukan shalat malam atau shalat Tahajud seperti firman Allah Ta’la dalam Al Quran antara lain adalah:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ

“Dan pada sebagian malam hari shalat Tahajjud-lah kamu….” ( QS. Al-Israa’[17]: 79

Kemudian dalam ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman,

وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلًا وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا

“Dan sebutlah nama Rabb-mu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari.” QS.Al-Insaan [76]: 25-26).

Kemudian dalam sebuah hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ صَلاَةِ الْمَفْرُوْضَةِ، صَلاَةُ اللَّيْلِ.
“Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat yang dilakukan di malam hari.” (HR. Muslim)

Salah satu keutamaan shalat Tahajud adalah ia akan mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat. Hal ini didasarkan pada hadits dimana Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda,

“Sungguh pada malam hari terdapat waktu tertentu, yang bila seorang Muslim memohon kepada Allah dari kebaikan dunia dan akhirat pada waktu itu, maka Allah pasti akan memberikan kepadanya, dan waktu tersebut ada pada setiap malam” 
(HR. Muslim)

Sunnahnya waktu mengerjakan shalat Tahajud adalah malam setelah ia bangun tidur. Namun yang lebih afdhol atau utama adalah disepertiga malam yang akhir hingga menjelang shalat Subuh dengan 8 rakaat dan ditambah 3 rakaat witir.

Ustadz Aam Amiruddin
20 Desember 2021

Jaga Iman dan Akhlak

 Sahabatku iman yang paling baik adalah akhlak Dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ ...