Senin, 29 Agustus 2016

Bolehkah Kita Berhaji Dengan Cara Berutang?

Secara prinsip, berutang untuk haji tidak dilarang, selama kita yakin bisa membayar utang itu seandainya terjadi apa-apa saat melaksanakan ibadah haji. Misalnya, jika sampai kita meninggal di Tanah Suci, kita yakin utang-utang itu bisa dilunasi dan tidak membebani keluarga yang ditinggalkan.

Akan tetapi, jika Anda tidak yakin akan ada yang membayarkan utang tersebut atau utang tersebut bisa menjadi beban keluarga yang ditinggalkan, berutang seperti ini tidaklah dibenarkan. Lebih baik Anda menangguhkan pelaksanaan haji sampai benar-benar mampu. 

Semoga Allah Swt. memberikan rezeki yang halal dan luas kepada Anda, sehingga bisa segera melaksanakan ibadah haji tanpa harus berutang.


Aam Amiruddin
28 Agustus 2016

Selasa, 23 Agustus 2016

Tiga Macam Nafsu

Manusia itu makhluk yang tidak pernah steril (suci) dari kesalahan karena dalam dirinya selalu terjadi kompetisi nafsu. Ada tiga macam nafsu yang selalu bersaing dalam diri manusia, yaitu Nafsu Ammarah, Lawwamah, dan Muthmainnah.

Nafsu Ammarah adalah dorongan untuk melaku­kan pelanggaran dan kemaksiatan. Manusia paling saleh pun memiliki dorongan ini, karenanya sudah dipastikan tidak ada manusia yang steril dari dosa.

Nafsu Lawwamah adalah nafsu yang suka mengoreksi ketika kita melakukan dosa atau kemaksiatan. Kalau kita berbuat dosa, misalnya berbohong, siapa yang pertama kali mengingatkan bahwa perbuatan tersebut salah? Diri kita sendiri, bukan? Inilah yang disebut nafsu Lawwamah. Ber­syukurlah bila kita masih merasa bersalah ketika melakukan dosa. Ini menunjukkan nafsu lawwamah kita masih berfungsi. Bila kita sudah tidak merasa bersalah lagi ketika berbuat maksiat, ini menunjuk­kan nafsu lawwahmah-nya sudah tidak peka, bahkan mungkin tidak berfungsi lagi.

Nafsu Muthmainnah adalah dorongan untuk berbuat kebaikan. Jiwa merasa tenteram kalau melaksanakan aturan-aturan Allah. Manusia yang paling bejat di muka bumi sekalipun memiliki nafsu muthmainnah. Karenanya, sebejat-bejatnya orang pasti pernah berbuat kebaikan. Hakikatnya, manusia itu hanif (cenderung pada kebaikan), karena itu manusia akan merasa tenang, tenteram, dan bangga kalau sudah berbuat kebaikan. Sebaliknya, akan merasa gelisah dan menyesal bila melakukan pe­langgaran dan dosa.

Ketiga macam nafsu di atas, Ammarah, Lawwamah, dan Muthmainnah selalu bersaing. Apabila nafsu muthmainnah memenangkan per­saingan, akan lahir perbuatan baik. Kalau nafsu ammarah yang menang (dominan), akan lahir perbuatan dosa. Keinginan untuk bertobat sesungguhnya lahir saat nafsu muthmainnah mendominasi kita. Karenanya Allah membuka pintu tobatnya selama 24 jam bagi siapa saja yang mau bertobat kepada-Nya.


Aam Amiruddin
21 Agustus 2016

Senin, 22 Agustus 2016

Jangan Meremehkan Perbuatan Baik dan Dosa Sekecil Apapun

Assalaamu alaikum wa rahmatullah wa barkaatuhu.

SubhanAllah walhamdulillah jazaakumullah duhai sahabat sholehku yang mulia yang telah menasehatiku untuk tidak meremehkan perbuatan baik sekecil apapun, dan tidak meremehkan dosa sekecil apapun.

Jika engkau melihat seekor semut terpeleset dan jatuh di air, maka angkat dan tolonglah...barangkali itu menjadi penyebab ampunan bagimu di akherat.

Jika engkau menjumpai batu kecil di jalan yang bisa mengganggu jalannya kaum muslimin, maka singkirkanlah, barangkali itu menjadi penyebab dimudahkannya jalanmu menuju syurga.

Jika engkau menjumpai anak ayam terpisah dari induknya, maka ambil dan susulkan ia dengan induknya, semoga itu menjadi penyebab Allah mengumpulkan dirimu dan keluargamu di surga.

Jika engkau melihat orang tua membutuhkan tumpangan, maka antarkanlah ia barangkali itu menjadi sebab kelapangan rezekimu di dunia.

Jika engkau bukanlah seorang yang mengusai banyak ilmu agama, maka ajarkanlah alif ba' ta' kepada anak-anakmu, setidaknya itu menjadi amal jariyah untukmu yang tak akan terputus pahalanya meski engkau berada di alam kuburmu.

JIKA ENGKAU TIDAK BISA BERBUAT KEBAIKAN SAMA SEKALI, MAKA TAHANLAH TANGAN DAN LISANMU DARI MENYAKITI....SETIDAKNYA ITU MENJADI SEDEKAH UNTUK DIRIMU.

Al-Imam Ibnul Mubarak Rahimahullah berkata:

رُبَّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ ، وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ

“Berapa banyak amalan kecil, akan tetapi menjadi besar karena niat pelakunya. Dan berapa banyak amalan besar, menjadi kecil karena niat pelakunya.”

Jangan pernah meremehkan kebaikan, bisa jadi seseorang itu masuk surga bukan karena puasa sunnahnya, bukan karena panjang shalat malamnya tapi bisa jadi karena akhlak baiknya dan sabarnya ia ketika musibah datang melanda.

Rasulullah bersabda:

« لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ ».

“Jangan sekali-kali kamu meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun (hanya) bertemu dengan saudaramu dalam keadaan tersenyum." (HR. Muslim)

Mari Akhiri hari ini dengan Pikiran dan perilaku positif, semangat meraih hasil terbaik serta saling mendoakan akan keberkahan.. Aamiin...

SubhanAllah abang sayang kalian karena Allah duhai para sahabat FBku walau kita berjauhan, semoga kelak di akhirat, Allah catat kita saling cinta karenaNya, dan Allah pun ridho dengan rahmatNya mengumpulkan kita dalam SyurgaNya...aamiin....



Menjelang fajar di meskid Az Zikra Sentul Bogor.


K. H. Muhammad Arifin Ilham
20 Agustus 2016

Minggu, 21 Agustus 2016

Tahlilan

Tahlilan memang tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW Tidak ada sebuah riwayat pun yang menjelaskan bahwa sahabat melakukan tahlilan untuk Rasulullah SAW, padahal tidak diragukan lagi besarnya cinta sahabat terhadap beliau. Ketika Siti Khadijah wafat, Rasulullah SAW pun tidak melakukan tahlilan untuk istrinya, padahal kita tahu bagaimana kedalaman cinta Rasulullah SAW kepada Khadijah. Ketika Ibrahim putra Rasulullah SAW meninggal, beliau pun tidak melakukan tahlilan untuk putranya.

Dari penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa Rasulullah SAW dan para sahabat tidak pernah melakukan tahlilan jika ada yang meninggal. Pelaksanaan tahlilan sebetulnya merupakan budaya setempat yang dianggap sebagai kewajiban dalam agama. Sebagian ulama menyatakan bahwa tahlilan merupakan ibadah yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Itulah inti dari hukum tahlilan.


Ustadz Aam Amiruddin
20 Agustus 2016

Sabtu, 06 Agustus 2016

Antara Ibu dan Anaknya, Antara Allah dan Hamba-nya

Assalaamu alaikum wa rahmatullah wa barkaatuhu.

SubhanAllah walhamdulillah, abang mengajak kalian untuk merenungi kisah ini agar kita tahu betapa banyaknya dosa kita, tetapi betapa hebatnya cinta kasih sayang Allah untuk kita.

ANTARA IBU DAN ANAKNYA
ANTARA ALLAH DAN HAMBA-NYA

Berkata Al Fudhail Ibnu 'Iyadh : "Aku belajar sabar kepada ALLAH SWT dari seorang anak kecil...

Suatu saat ketika aku pergi ke masjid, aku dapati seorang perempuan dari dalam rumahnya terpaksa memukul anaknya hingga anaknya berteriak dan lari keluar dari rumah, melihat pintu terbuka maka di tutuplah oleh si ibu.

Lalu aku melihat anak tersebut setelah ia menangis sebentar, kemudian aku melihatnya kebingungan, dia menoleh ke kanan ke kiri namun tidak mendapati tempat untuk bernaung baginya, akhirnya anak kecil itu memutuskan untuk pulang kembali kepada ibunya, akan tetapi sesampai di depan rumah, dia dapati pintu rumahnya sudah tertutup, tanpa pikir panjang dia letakkan pipinya di ambang pintu sampai ia tertidur dengan air mata di pipinya.

Ketika si ibu membuka pintu hendak keluar, tiba-tiba didapati anaknya dalam keadaan yang sangat memerlukan kasih sayangnya, hati ibu tidak kuat menahan kasih sayang kepada anaknya dan diambillah anak tersebut serta dicium oleh ibunya dengan penuh kasih-sayang.

Kemudian ibu itu berkata : 'Wahai anakku... Kemana engkau meninggalkanku pergi, apakah ada yang mau menjagamu selainku, bukankah ibu berkaki-kali berkata jangan melanggar perintah ibu..?'

Akhirnya dipeluklah anak itu oleh ibunya dan digendongnya dimasukkan kembali ke dalam rumahnya".

Adapun Al Fudhail yang melihat peristiwa ini tiba-tiba menangis sampai jenggotnya terbasahi dengan air matanya, sambil berkata : "SubhanALLAH, sungguh ketika seorang hamba itu bersabar dan terus bersimpuh di depan pintu ALLAH, maka sebesar apapun dosanya niscaya ALLAH akan membukakan pintu baginya, karena tidak ada tempat perlindungan bagi seorang hamba kecuali dengan kembali kepada ALLAH dan selalu berusaha menjauhi larangannya..."
Katakanlah : “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Az Zumar 53).
Allahu Akbar betapa sayangnya Allah kepada hambaNya yang bertaubat...



Allhumma ya Allah terimalah taubat kami, dan ampunilah seluruh dosa kami...aamiin.


K. H. Muhammad Arifin Ilham 

3 Agustus 2016

Jaga Iman dan Akhlak

 Sahabatku iman yang paling baik adalah akhlak Dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ ...