“Dan didatangkan pula seseorang yang mempelajari ilmu dan membaca Al-Qur’an, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan, sehingga ia mengetahuinya dengan jelas.
sekelumit perjalanan hidupku dalam meraih kesempurnaan spiritual melalui pemahaman terhadap ajaran-ajaran Islam untuk memperkuat iman islamku
Senin, 27 September 2021
Membaca Al-quran
Minggu, 19 September 2021
Silent Shodaqoh
Seorang lelaki masuk ke toko buah " Berapa harga pisang dan apel sekilo ? "
Jumat, 17 September 2021
Rahasia Agar Ridho Dalam Menerima Takdir
Sahabatku, salah satu kiat agar kita mampu menghadapi persoalan hidup adalah ridha pada apa yang terjadi. Ridha terhadap apa yang akhirnya terjadi atau ridha pada hasil yang akhirnya kita terima setelah usaha yang kita lakukan.
Senin, 13 September 2021
Luangkanlah Waktu Untuk Menyendiri Mendekatkan Diri Kepada ALLAH
Luangkanlah waktu untuk menyendiri, merenung, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Waktu yang paling kondusif adalah pada Sepertiga malam manakala alam terasa sunyi karena makhluk sedang tertidur. Pada suasana yang sepi, zikir dan doa yang kita panjatkan kepada Allah Swt akan jauh lebih khusyuk dan lebih meresap di dalam hati. Selain berlimpah pahala, ibadah malam ini juga memberi banyak manfaat bagi fisik dan batin kita. Hati menjadi lebih tenang dan lapang, pikiran jadi lebih jernih dan segar. Karenanya, diri kita jauh lebih siap menghadapi berbagai kemungkinan dan persoalan yang terjadi di sepanjang hari.
Rasulullah SAW bersabda, “Rabb kita Tabamka wa Ta’ala turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir; lalu Dia berfirman, “Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku akan memperkenankan doanya. Siapa yang meminta kepada-Ku, pasti akan Ku-beri. Dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku, pasti akan Ku-ampuni'.”HR. Bukhari, Muslim
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda, “Pada malam hari terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang Muslim memanjatkan doa kepada Allah berkaitan dengan dunia dan akhiratnya bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberikan apa yang ia minta. Hal ini berlaku setiap malamnya.”HR. Muslim
Allah SWT berfirman,“Bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.”
(QS. Al Muzammil [73]: 2-3)
Minggu, 12 September 2021
Syafa'at Al Qur'an Di Dalam Kubur
Pertolongan Al-Quran di Alam Kubur.
Jumat, 27 Agustus 2021
Dzikir Berjamaah
Assalamu’alaykum.
Selasa, 17 Agustus 2021
2 Jenis Shalat Sunah
Jumat, 26 Februari 2021
Doa Dihilangkan Kebingungan dan Dilunasi Hutang
Kamis, 13 Agustus 2020
Rumus Kehidupan
Saudaraku, masih ingatkah kita dengan sejumlah rumus yang pernah diajarkan di sekolah? Seperti rumus luas lingkaran, segitiga, kubus dan sebagainya? Rumus-Rumus itu diajarkan di sekolah untuk memudahkan kita dalam menghitung. Maka, rumus-rumus ini menjadi sangat penting. Orang tidak lulus ujian di sekolah bukan karena salah soal, tetapi karena salah rumusnya. Salah rumus, salah jawabannya.
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikan lah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata ‘innalillahi wa innailaihi rajiun’(sesungguhnya kami milik Allah, dan kepada-Nyalah kami kembali). Merekalah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Rumus ini menerangkan bahwa Allah Ta’ala akan menimpakan sedikit ujian kepada hamba-hamba-Nya. Ketakutan, kelaparan maupun kekurangan harta, itu semua pasti akan ditimpakan kepada manusia, tidak bisa tidak. Namun demikian, ayat tersebut ada sambungannya yaitu bahwa Allah akan memberikan kabar gembira bagi orang orang yang sabar dalam melaluinya. Jadi, kalau kita sabar, kepahitan itu sebetulnya adalah kabar gembira.
Lalu, sabar itu apa? Kita mengatakan dengan penuh keyakinan bahwa semua milik Allah dan kita pasti kembali kepada-Nya. Satu tidak merasa memiliki. Dua tidak punya tempat kembali. Dengan demikian, selama kita merasa memiliki dan selama kita masih mencari tempat kembali selain Allah, selama itu pula tidak akan ada sabar.
Jadi, dari musibahlah datangnya berita gembira bagi orang yang sabar, yaitu orang yang merasa tidak memiliki apapun, kecuali yakin lahir dan batin kalau semuanya milik Allah Ta’ala. Maka, siapa yang inin mendapatkan keberkahan yang sempurna, curahan rahmat dan petunjuk, dia harus siap melewati kepahitan yang sedikit dan yang pasti ditimpakan.
Ketika diberikan sebuah ujian, kita merasa menderita itu bukan karena ujiannya yang besar, Ujiannya itu hanya sedikit dan kepahitannya untuk kita pun sudah diukur. Kita menderita menghadapi ujian karena kita sendiri yang mendramatisasinya. Mengapa? Sebab, kita belum tahu rumusnya.
Ada orang yang malah sengaja mendramatisasi kesulitannya sendiri karena dia tidak tahu atau lupa rumusnya. Kepahitannya justru dijadikan sebagai pencitraan agar orang-orang kasihan lalu membantunya, maupun supaya orang-orang menganggap dirinya hebat.
Jangan saudaraku, untuk apa? Ujian hidup kita yang sedikit itu urusannya dengan Allah Ta’ala dan setiap jalan keluar juga milik-Nya. Berdoalah kepada Allah dan bersabarlah. Tidak akan ada gunanya kita menangisi masalah, mempermasalahkan orang lain, atau mencari simpati dan pencitraan atas masalah yang dihadapi, kecuali hanya akan membuat kita semakin menderita.
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
(Q.S ar-Ra’d [13] :28)
Jadi, mari kita baca dan pelajari al-Quran dan sunnah. Kita pahami rumus kehidupan yang telah dijelaskan dengan sangat terang agar kita bisa lulus ketika menghadapi ujian dan agar hidup kita yang sementara ini tidak gagal.
Mustahil bagi kita untuk mendapatkan jalan keluar dari himpitan masalah, tercapai keinginan yang terbaik atau selamat dari ancaman, kecuali hanya dengan pertolongan-Nya.
Jumat, 07 Agustus 2020
Cara Mengenal Al-Haqq
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda kebesaran Kami di segenap penjuru, dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Quran itu adalah benar. Tidak cukupkah bagi kamu bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”QS. al-Fushilat (41):53
Kamis, 06 Agustus 2020
Kehadiran Allah
Dari Abu Bakar ash-Shiddiq, beliau berkata, “Aku melihat tapak kaki kaum musyrikin ketika kami bersembunyi di dalam gua, dan orang-orang tersebut tepat di atas kepala kami. Lalu aku berkata, ‘Ya Rasulullah, adaikata seseorang dari mereka itu melihat ke bawah kakinya maka pasti mereka akan melihat tempat kita ini.‘ Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda ‘ Wahai Abu Bakar, apakah engkau mengira bahwa kita hanya berdua? Allah adalah yang ketiga dari kita ini.”
(HR. Imam Bukhari dan Muslim)
Nah, saudaraku. Kalau kita misalnya menyebut Allah sebagai “yang ketiga”, seperti pada hadis tersebut, maka jangan membayangkan kita menjadi bertiga dengan Alloh dalam bentuk sebagaimana kita sehari-hari. Karena Allahu Ahad itu bukan berarti angka ‘satu’ dalam bilangan kita.
Kalau angka satu bilangan kita dapat ditemui dari mana saja. Misalnya setengah ditambah setengah, dua dikurang satu, sepertiga dikali tiga atau dua dibagi dua. Satunya kita bisa penjumlahan, pengurangan, pengalian dan pembagian. Tapi Allahu Ahad tidak bisa dari sisi manapun.
Allahu Ahad berbeda dengan “satu”-nya kita. Maksudnya, Allah tidak harus wujud. Seperti sekarang saudara sedang membaca tulisan ini, Allah pasti hadir dan menyaksikan. Misalkan saat membaca tulisan ini saudara sendirian, maka saudara bisa menyebut Allah sebagai “yang kedua”. Saudara sedang berdua dengan Allah.
Tidak sulit bagi kita meyakini sesuatu yang tidak terlihat. Seperti udara dan gaya gravitasi, kita meyakininya ada meski tidak tampak. Sama dengan elektron, proton, atau listrik juga tidak tampak, mungkin baru terlihat ketika ada yang salah pegang kabel.
Untuk lebih jelasnya, Aa akan menyampaikan sebuah kisah yang sudah sering diceritakan. Bagi saudara yang mungkin masih ingat, tidak ada salahnya membaca lagi supaya kita tidak mudah lupa tentang kehadiran Allah.
Suatu ketika ada seseorang yang terpelajar secara duniawi bertanya tiga hal kepada orang-orang. Pertama, tentang bukti kehadiran Allah. Kedua, tentang apa sebetulnya takdir. ketiga, tentang setan yang dicipta dari api dan dimasukkan ke neraka yang api juga, yang dianggapnya sebagai lelucon.
Setiap orang yang ditanyainya tidak ada yang bisa menjawab. Sampai kemudian ada seseorang yang berkata padanya agar dia pergi menemui seorang alim di sebuah kampung, “Insya Allah, beliau bisa memberi jawaban yang memuaskan Anda.” Tapi orang yang terpelajar duniawi menganggap nasehat itu sebagai lelucon tambahan. “Orang kota saja nggak bisa jawab, apalagi orang kampung.” Katanya. “Dicoba saja dulu,” jawab seseorang tadi meyakinkannya.
Singkat cerita, sampailah dia di kampung dan bertemu orang alim yang dimaksud. Dia langsung bertanya, “Kakek, setiap yang ada itu harus ada buktinya. Kalau Tuhan ada buktinya? Lalu apa itu takdir? Jangan-jangan cuma alasan atau dalih saja karena nggak berani menerima kenyataan. Dan, katanya setan dibuat dari api, tapi mengapa dimasukkan ke neraka yang api juga? kan, api dengan api ngga berasa. Bagaimana, kek?”
“Benar sakit?” tanya kakek. “Sumpah, sakit banget, kek!” Lalu kakek itu bertanya lagi, “engkau yakin sakit itu ada?” “Yakin, kek!” Kakek itu kembali berkata, “Baiklah, kalau benar sakit itu ada, coba tunjukkan atau gambarkan saja seperti apa sakit itu?” Orang yang terpelajar mulai kebingungan, “Ya, pokoknya ada.”
Itulah bukti bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu ada, tapi tidak bisa ditunjukkan atau digambarkan tapi bisa dirasakan bagi yang yakin kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Baiklah,” lanjut kakek itu, “Apa sebelum itu engkau pernah bermimpi ditempeleng?” “Tidak,” jawabannya. “Apa engkau merencanakan ditempeleng?” Tanya kakek lagi. “Sama sekali tidak.” Atau, “Mungkin engkau punya cita-cita ditempeleng?” “Amit-amit, nggalah kek.” Maka,”itulah takdir,” jelas kakek alim.
Lalu, “Ini apa?” kakek menunjuk telapak tangannya, “kulit.” Dan, “Di pipimu itu apa?” Kulit,” jawabanya lagi. “Jadi, saat kulit bertemu dengan kulit tadi bagaimana?” “Sakit , Kakek" ujarnya yang masih kesakitan. Begitulah ketika setan dimasukan ke neraka.
Nah Saudaraku. Kita harus yakin bahwa Allah selalu hadir, menyaksikan, mengawasi dan menjaga kita.
Jaga Iman dan Akhlak
Sahabatku iman yang paling baik adalah akhlak Dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ ...
-
Assalaamu alaikum warahmatullahi wabarkaatuhu. Rasulallah Shallallaahu ’Alaihi Wa Sallam bersabda:“Barangsiapa memandikan jenazah seor...
-
Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu. SubhanAllah , sahabatku jangan pernah putus asa, tidak ada yang mustahil bagi Allah, ...