Jumat, 29 April 2022

Zakat Maal

 Tanya Jawab Seputar ZAKAT MAAL

1~> Tanya
Apakah syarat wajib zakat maal ?

~> Jawab
1. Islam
2. Merdeka
3. Berakal dan baligh
4. Hartanya memenuhi nisab
Jawaban no 1 masih kurang lengkap.
1. Milik penuh.
2. Halal
3. Nisab
4. Haul

2~> Tanya
Berapa nisab zakat maal untuk harta baik tabungan atau dagangan dan cara menghitungnya ?

~> Jawab
Untuk harta tabungan pribadi dan harta dagangan sebesar 85gr emas atau setara 72.250.000 (asumsi harga emas Rp850.000)_
Tabungan= 2,5% x jumlah tabungan
Harta dagangan = 2,5% x (Modal yang diputar + keuntungan + piutang yang dapat dicairkan - hutang - kerugian)

3~> Tanya
Apakah rumah atau mobil mewah wajib dihitung sebagai harta yang dizakatkan?

~> Jawab
Hukum asal rumah mewah dan mobil mewah yang tujuan kepemilikannya untuk dipakai sendiri tidak terkena zakat. Namun bila seseorang yang memiliki harta itu bertujuan untuk membisniskannya (jual beli untuk keuntungan) maka wajib dizakati setiap tahun.

4~> Tanya
Apakah rumah atau properti lainnya yang disewakan wajib dizakati ?

~> Jawab
Rumah maupun properti lainnya yang disewakan, tidak dizakati nilai fisiknya. Namun yang dizakati adalah hasil sewanya. Dalam keputusan Majma’ Fiqh Islami tentang zakat sewa tanah.
Properti yang disewakan, wajib dizakati nilai sewanya saja dan bukan nilai fisiknya. (Qarar Majma’ al-Fiqhi al-Islami, muktamat ke-11, Rajab 1409 H)

5~> Tanya
Bolehkah zakat maal di berikan dalam bentuk selain uang seperti sembako?

~> Jawab
Zakat Maal haruslah dalam bentuk asal harta tersebut atau nilainya, yaitu dalam bentuk uang. Tidak boleh dirupakan dalam bentuk barang, makanan, pakaian, atau selainnya. Jika terdapat fakir atau miskin yang memang tidak bermanfaat jika diberi uang, misal karena dia gila, atau mengalami keterbelakangan mental, sehingga jika diberi uang kurang bermanfaat baginya, atau malah menimbulkan mafsadat, maka saat itu boleh diberikan benda yang paling dia butuhkan.

6~> Tanya
Dan apa harus di ucapkan kalau ini dana zakat?

~> Jawab
Jika kamu menyerahkan zakat kepada orang yang kamu yakini dia berhak menerima, dengan niat zakat, maka ini menjadi zakat yang sah. Kami berharap semoga diterima oleh Allah Ta’ala. Dan anda tidak harus memberi tahukan kepada penerima bahwa itu zakat.
(Fatwa Lajnah Daimah, no. 11241)
Sekali lagi, ini berlaku jika penerima adalah orang yang kita yakini sebagai pihak yang berhak menerimanya, seperti fakir, miskin atau lainnya.
Sementra jika ini dititipkan ke lembaga atau yayasan penampung zakat, kita harus memberi tahu. Agar petugas bisa menyalurkannya ke sasaran yang benar.

7~> Tanya
Siapa saja penerima zakat?

~> Jawab
1.Fakir
Fakir adalah orang yang tidak punya apa-apa atau punya sedikit kecukupan tapi kurang dari setengahnya.
2.Miskin
Orang yang mendapatkan setengah kecukupan atau lebih tapi tidak memadai.
3. Amil
Pengurus zakat.
4. Muallaf
Orang-orang yang dibujuk hatinya.
5. Riqab
hamba sahaya.
6. Gharimin
Orang-orang yang memiliki hutang di jalan Allah dan tidak sanggup membayarnya.
7. Fi sabilillah
orang yang berjuang dijalan Allah.
8. Ibnu sabil
Orang yang dalam perjalanan karena Allah yang tidak memiliki biaya untuk kembali ke tanah airnya.

8~> Tanya
Bagaimana zakat maal yang dibagikan langsung ke anak-anak SMP dhuafa berupa uang tanpa melalui orang tuanya ?

~> Jawab
Jika memang anak SMP telah mumayyiz (akil baligh) dan termasuk dalam golongan yang berhak menerima zakat maka dibolehkan.

9~> Tanya
Apabila kita membayar zakat kepada anak yatim apakah itu sah secara hukum Islam?

~> Jawab
Pada dasarnya, anak yatim tidak termasuk orang yang berhak menerima zakat. Akan tetapi bila anak yatim itu tidak mampu maka ia berhak menerima zakat. Jadi, yang menjadikan seorang anak yatim bisa menerima zakat bukan karena statusnya sebagai yatim, tapi sebagai orang yang tidak mampu.

10~> Tanya
Apakah boleh seseorang menyalurkan zakat untuk kakek kandung, nenek kandung, orang tuanya, istri, anak, atau cucunya?

~> Jawab
Tidak boleh bagi seorang muslim mengeluarkan zakat untuk kedua orang tua kandung sampai ke atas (kakek dan nenek kandung) dan juga tidak boleh pula untuk anak-anaknya sampai ke bawah (cucu kandung). Bahkan kewajiban dia adalah memberi nafkah untuk mereka dari hartanya jika mereka butuh dan ia mampu untuk memberi nafkah. (Fatawa Al Mar-ah Al Muslimah, terbitan Darul Haytsam, cetakan pertama, 1423 H, hal. 168).
Pada prinsipnya, zakat tidak boleh disalurkan kepada orang yang biaya hidupnya masih menjadi kewajiban/tanggungan muzaki.

11~> Tanya
Apakah boleh memberikan zakat kepada keluarga istri misalnya mertua, kakak ipar, atau adik ipar yang dipandang menjadi golongan penerima zakat?

~> Jawab
Memberikan zakat kepada mertua dan saudara ipar dibolehkan.
Dikarenakan mertua atau keluarga istri secara umum, bukan termasuk orang yang wajib dinafkahi oleh seorang suami. Meskipun dianjurkan bagi suami untuk memperhatikan keadaan keluarga istrinya, sebagai bentuk mu’asyarah bil maruf (melakukan interaksi yang baik) kepada istrinya.

12~> Tanya
Bolehkah seorang istri berzakat kepada suami sendiri yang termasuk golongan mustahik zakat?

~> Jawab
Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan, tidak ada masalah bagi wanita yang mengeluarkan zakat perhiasan atau zakat lainnya kepada suami yang fakir atau memiliki utang yang tidak mampu dilunasi. Jika harta cukup nishab maka wajib zakat. Atau tidak berdosa istri memberi zakatnya kepada orang yang bukan menjadi tanggungan nafkahnya termasuk suami. Jadi, diperbolehkan menyalurkan zakat kepada suami dalam keadaan membutuhkan.
Menurut jumhur ulama, suami bukanlah tanggungan istri dalam mencari nafkah, sehingga diperbolehkan berzakat kepada suami yang fakir.

13~> Tanya
Apakah boleh zakat disalurkan kepada kakak dan adik kandung sendiri?

~> Jawab
Muzakki boleh menyerahkan zakatnya kepada selain yang wajib dinafkahi, maka dari itu penyerahan zakat kepada saudara laki atau perempuan yang kurang mampu dibolehkan. Bahkan menyerahkan zakat ke mereka nilainya lebih utama. Karena di sana ada unsur membangun jalinan silaturahmi.
(Dar al-Ifta’ al-Mishriyah, no. 6695)

14~> Tanya
Bolehkah memberikan zakat kepada paman, bibi, saudara kakek atau nenek atau keponakan ?

~> Jawab
Boleh dengan syarat kerabat tersebut bukan termasuk orang yang wajib kita nafkahi. Jika kerabat tersebut termasuk orang yang wajib kita nafkahi, maka tidak boleh menerima zakat dari kita.
Boleh memberikan zakat maal kepada kerabat yang miskin. Bahkan memberikan zakat kepada kerabat, lebih diutamakan daripada memberikannya kepada orang lain.

Sesungguhnya zakat kepada orang miskin nilainya zakat (saja). Sedangkan zakat kepada kerabat, nilainya dua: zakat dan silaturahim.
(HR. Nasai, Dariri, Turmudzi, Ibnu Majah dan dishahihkan al-Albani)

(Dirangkumkan dari berbagai sumber)

Sabtu, 09 April 2022

Amalan Sunnah Di Bulan Ramadhan

Di bulan Ramadhan ada amalan sunnah yang bisa dijalani yaitu makan sahur. Amalan ini disepakati oleh para ulama dihukumi sunnah dan bukanlah wajib, sebagaimana kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 7: 206. Namun amalan ini memiliki keutamaan karena dikatakan penuh berkah.


Dalam hadits muttafaqun ‘alaih, dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً

Di bulan Ramadhan ada amalan sunnah yang bisa dijalani yaitu makan sahur. Amalan ini disepakati oleh para ulama dihukumi sunnah dan bukanlah wajib, sebagaimana kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 7: 206. Namun amalan ini memiliki keutamaan karena dikatakan penuh berkah.
Dalam hadits muttafaqun ‘alaih, dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً

“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” 
HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095)

Yang dimaksud barokah adalah turunnya dan tetapnya kebaikan dari Allah pada sesuatu. Barokah bisa mendatangkan kebaikan dan pahala, bahkan bisa mendatangkan manfaat dunia dan akhirat. Namun patut diketahui bahwa barokah itu datangnya dari Allah yang hanya diperoleh jika seorang hamba mentaati-Nya.

Muhammad Syafii Antonio
7 April 2022

Rabu, 06 April 2022

Doa Buka Puasa Ramadan

Terdapat bacaan doa buka puasa Ramadan yang diriwayatkan oleh Abu Dawud sesuai sunah Rasulullah SAW.



"Kami mendapat riwayat dari Abdullah bin Muhammad bin Yahya, yaitu Abu Muhammad, kami mendapat riwayat dari Ali bin Hasan, kami mendapat riwayat dari Husein bin Waqid. Kami mendapat riwayat dari Marwan, yaitu Bin Salim Al-Muqaffa', ia berkata bahwa aku melihat Ibnu Umar menggenggam jenggotnya, lalu memangkas sisanya. Ia berkata, Rasulullah bila berbuka puasa membaca,

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Artinya: "Telah hilang rasa haus dan urat-urat telah basah serta pahala akan tetap insya Allah"
(Hadits shahih, Riwayat Abu Daud [2/306, no. 2357] dan selainnya; lihat Shahih al-Jami’: 4/209, no. 4678)

Muhammad Syafii Antonio
5 April 2022

Jumat, 01 April 2022

Alhamdulillah Berjumpa Dengan Ramadhan Lagi

 Alhamdulillah kita diberikan nikmat ditundanya ajal dan sampainya kita di bulan Ramadhan. Tentunya jika diri ini menyadari tingginya tumpukan dosa yang menggunung, maka pastilah kita sangat berharap untuk dapat menjumpai bulan Ramadhan dan mereguk berbagai manfaat di dalamnya.

Namun kenapa maksiat masih banyak terjadi di bulan Ramadhan walau setan itu diikat?

\Disebutkan oleh Abul ‘Abbas Al-Qurthubi:
1. Setan diikat dari orang yang menjalankan puasa yang memperhatikan syarat dan adab saat berpuasa. Adapun yang tidak menjalankan puasa dengan benar, maka setan tidaklah terbelenggu darinya.
2. Seandainya pun kita katakan bahwa setan tidak mengganggu orang yang berpuasa, tetap saja maksiat bisa terjadi dengan sebab lain yaitu dorongan hawa nafsu yang selalu mengajak pada kejelekan, adat kebiasaan dan gangguan dari setan manusia.
3. Bisa juga maksudnya bahwa setan yang diikat adalah umumnya setan dan yang memiliki pasukan sedangkan yang tidak memiliki pasukan tidaklah dibelenggu.

Intinya maksudnya adalah kejelekan itu berkurang di bulan Ramadhan. Ini nyata terjadi dibandingkan dengan bulan lainnya.

(Al-Mufhim lima Asykala min Takhlis Kitab Muslim, 3: 136. Dinukil dari Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab no. 221162)

Muhammad Syafii Antonio
31 Maret 2022

Minggu, 26 Desember 2021

Meyakini Kehadiran Allah Subhanahu Wa Ta'ala

Dari Abu Bakar ash-Shiddiq, beliau berkata, “Aku melihat tapak kaki kaum musyrikin ketika kami bersembunyi di dalam gua, dan orang-orang tersebut tepat di atas kepala kami. Lalu aku berkata, ‘Ya Rasulullah, andaikata seseorang dari mereka itu melihat ke bawah kakinya maka pasti mereka akan melihat tempat kita ini. ‘ Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda ‘ Wahai Abu Bakar, apakah engkau mengira bahwa kita hanya berdua? Allah adalah yang ketiga dari kita ini.”

HR. Imam Bukhari dan Muslim



Nah, saudaraku. Kalau kita misalnya menyebut Allah sebagai “yang ketiga”, seperti pada hadis tersebut, maka jangan membayangkan kita menjadi bertiga dengan Alloh dalam bentuk sebagaimana kita sehari-hari. Karena Allahu Ahad itu bukan berarti angka ‘satu’ dalam bilangan kita.

Kalau angka satu bilangan kita dapat ditemui dari mana saja. Misalnya setengah ditambah setengah, dua dikurang satu, sepertiga dikali tiga atau dua dibagi dua. Satunya kita bisa penjumlahan, pengurangan, pengalian dan pembagian. Tapi Allahu Ahad tidak bisa dari sisi mana pun.

Allahu Ahad berbeda dengan “satu”-nya kita. Maksudnya, Allah tidak harus wujud. Seperti sekarang saudara sedang membaca tulisan ini, Allah pasti hadir dan menyaksikan. Misalkan saat membaca tulisan ini saudara sendirian, maka saudara bisa menyebut Allah sebagai “yang kedua”. Saudara sedang berdua dengan Allah.

Tidak sulit bagi kita meyakini sesuatu yang tidak terlihat. Seperti udara dan gaya gravitasi, kita meyakininya ada meski tidak tampak. Sama dengan elektron, proton, atau listrik juga tidak tampak, mungkin baru terlihat ketika ada yang salah pegang kabel.

Untuk lebih jelasnya, saya akan menyampaikan sebuah kisah yang sudah sering diceritakan. Bagi saudara yang mungkin masih ingat, tidak ada salahnya membaca lagi supaya kita tidak mudah lupa tentang kehadiran Allah.

Suatu ketika ada seseorang yang terpelajar secara duniawi bertanya tiga hal kepada orang-orang. Pertama, tentang bukti kehadiran Allah. Kedua, tentang apa sebetulnya takdir.

ketiga, tentang setan yang dicipta dari api dan dimasukkan ke neraka yang api juga, yang dianggapnya sebagai lelucon.

Setiap orang yang ditanyainya tidak ada yang bisa menjawab. Sampai kemudian ada seseorang yang berkata padanya agar dia pergi menemui seorang alim di sebuah kampung, “Insya Allah, beliau bisa memberi jawaban yang memuaskan Anda.” Tapi orang yang terpelajar duniawi menganggap nasehat itu sebagai lelucon tambahan. “Orang kota saja nggak bisa jawab, apalagi orang kampung.” Katanya. “Dicoba saja dulu,” jawab seseorang tadi meyakinkannya.

Singkat cerita, sampailah dia di kampung dan bertemu orang alim yang dimaksud. Dia langsung bertanya, “Kakek, setiap yang ada itu harus ada buktinya. Kalau Tuhan ada buktinya? Lalu apa itu takdir? Jangan-jangan cuma alasan atau dalih saja karena nggak berani menerima kenyataan. Dan, katanya setan dibuat dari api, tapi mengapa dimasukkan ke neraka yang api juga? kan, api dengan api ngga berasa. Bagaimana, kek?”
Kakek alim berkata, “mendekat kesini, nak.” Plakk…

Orang yang terpelajar duniawi itu ditempeleng. “Kakek! Kalau ngga bisa jawab, jangan emosi dong!” teriaknya kesakitan. “Maafkan saya, nak. Itu bukan menempeleng, tapi itulah jawabannya.” Tapi dia masih tidak terima, “Jawaban bagaimana, kek? Sakit ini!”

“Benar sakit?” tanya kakek. “Sumpah, sakit banget, kek!” Lalu kakek itu bertanya lagi, “engkau yakin sakit itu ada?” “Yakin, kek!” Kakek itu kembali berkata, “Baiklah, kalau benar sakit itu ada, coba tunjukkan atau gambarkan saja seperti apa sakit itu?” Orang yang terpelajar mulai kebingungan, “Ya, pokoknya ada.”

Itulah bukti bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu ada, tapi tidak bisa ditunjukkan atau digambarkan tapi bisa dirasakan bagi yang yakin kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

“Baiklah,” lanjut kakek itu, “Apa sebelum itu engkau pernah bermimpi ditempeleng?” “Tidak,” jawabannya. “Apa engkau merencanakan ditempeleng?” Tanya kakek lagi. “Sama sekali tidak.” Atau, “Mungkin engkau punya cita-cita ditempeleng?” “Amit-amit, nggalah kek.” Maka,”itulah takdir,” jelas kakek alim.

Lalu, “Ini apa?” kakek menunjuk telapak tangannya, “kulit.” Dan, “Di pipimu itu apa?” Kulit,” jawabanya lagi. “Jadi, saat kulit bertemu dengan kulit tadi bagaimana?” “Sakit , Kakek, Ujarnya yang masih kesakitan. Begitulah ketika setan dimasukan ke neraka.

Nah Saudaraku. Kita harus yakin bahwa Allah selalu Hadir, Menyaksikan, Mengawasi dan Menjaga kita. Jangan sampai kita merasa bahwa Alloh tidak ada dan tidak melihat, karena baik kita berbua baik ataupun buruk, Allah Subhanahu Wa ta’ala pasti tahu.

KH. Abdullah Gymnastiar
24 Desember 2021

Rabu, 22 Desember 2021

Istimewanya Shalat Tahajud

 Salah satu shalat sunnah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan adalah shalat Tahajud. Shalat Tahajud mempunyai cukup sangat istimewa meskipun hukumnya sunnah. Sebab, dalam beberapa Riwayat hadits disebutkan bahwa Rasulullah Muhammad Shalallahi Alaihi Wassalam diketahui tak pernah meninggalkan amalan tersebut hingga akhir hayatnya.

Bahkan, Rasulullah Shalallahi Alaihi Wassalam mengerjakannya hingga kedua telapak kaki beliau bengkak-bengkak. Untuk dapat melakukannya, kita dapat mengawali dengan niat bangun malam sebelum tidur.
Jumhur ulama mendasarkan anjuran untuk melakukan shalat malam atau shalat Tahajud seperti firman Allah Ta’la dalam Al Quran antara lain adalah:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ

“Dan pada sebagian malam hari shalat Tahajjud-lah kamu….” ( QS. Al-Israa’[17]: 79

Kemudian dalam ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman,

وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلًا وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا

“Dan sebutlah nama Rabb-mu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari.” QS.Al-Insaan [76]: 25-26).

Kemudian dalam sebuah hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ صَلاَةِ الْمَفْرُوْضَةِ، صَلاَةُ اللَّيْلِ.
“Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat yang dilakukan di malam hari.” (HR. Muslim)

Salah satu keutamaan shalat Tahajud adalah ia akan mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat. Hal ini didasarkan pada hadits dimana Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda,

“Sungguh pada malam hari terdapat waktu tertentu, yang bila seorang Muslim memohon kepada Allah dari kebaikan dunia dan akhirat pada waktu itu, maka Allah pasti akan memberikan kepadanya, dan waktu tersebut ada pada setiap malam” 
(HR. Muslim)

Sunnahnya waktu mengerjakan shalat Tahajud adalah malam setelah ia bangun tidur. Namun yang lebih afdhol atau utama adalah disepertiga malam yang akhir hingga menjelang shalat Subuh dengan 8 rakaat dan ditambah 3 rakaat witir.

Ustadz Aam Amiruddin
20 Desember 2021

Senin, 01 November 2021

Empat Ciri Diterimanya Tobat

Jika merujuk pendapat Syeikh Abdul Qadir al-Jailani, ciri-ciri orang yang tobatnya diterima itu ada empat. Pertama, cara bicaranya lebih terjaga karena hatinya bersih dan peka. Kebersihan dan kepekaan itu menghidupkan hati dan memandu tutur kata sehingga dia tidak berani untuk berkata kasar, jorok, sombong, berbohong, dan sebagainya. Hatinya akan terus mengingatkan.

Kedua, tidak ada dengki terhadap orang beriman. Tidak ada rasa persaingan terhadap saudara yang beriman. Dia sadar bahwa semua karunia itu Allah Ta'ala yang memberi. Dengki kepada orang beriman sama artinya tidak suka dengan perbuatan dan kehendak Allah.
Terserah Allah ingin memberi kepintaran, kecantikan, kesehatan, rezeki, pangkat atau Jabatan kepada orang beriman lainnya. Dia akan senang dengan apapun yang diberikan kepada hamba-hamba yang beriman. Bukan sebaliknya. seperti SMS (susah melihat orang senang senang melihat orang susah). Saat teman naik haji, dia malah naik tensi.


Ketiga, senang pada lingkungan yang baik. Hati Yang bersih dan peka akan mencari semacam frekuensi yang baik dari lingkungan sekitar. Misalkan ketika bertemu orang lain, hati kecilnya dapat merasakan nyaman atau tidaknya bersama orang itu.
Hati bersihnya dapat merasa jika ada yang sombong, kasar, banyak bicara, atau yang suka keluyuran, nongkrong tidak jelas, dan sebagainya yang membuat hidup lelah dan tidak bermanfaat. Dia pun cenderung menghindari lingkungan-lingkungan yang tidak baik. Kelembutan hatinya membuat dia pun sulit untuk ikut menertawakan kekurangan orang lain.
Dia sangat suka berteman dengan orang yang akhlaknya baik atau hatinya bersih. Hatinya tidak nyaman terhadap hal-hal yang duniawi semata. Dia tetap bergaul akan tetapi kepekaan hatinya membuatnya sangat hati-hati dalam pergaulan.
Namun demikian, bukan berarti dia berniat berburuk sangka (suudzon) kepada orang lain. Hal ini karena setiap orang memancarkan semacam frekuensi. Adapun kepekaan hati orang yang taubatnya diterima bisa dengan mudah menangkap frekuensi itu, untuk kemudian mengarahkannya pada lingkungan yang baik.


Keempat, dia tidak pernah berhenti bertobat. Orang yang taubatnya diterima tidak memiliki istilah, misalnya, sedang Iibur atau cuti bertobat. Dia tidak merasa sudah diampuni dosa-dosanya, lalu merencanakan perbuatan dosa yang baru dan menentukan waktu untuk bertobat kembali.
Orang yang taubatnya diterima akan terus-menerus bertobat. Dari waktu ke waktu shalat fardhu, seolah-olah di depannya ada aliran sungai yang menyejukkan. Karena shalat fardhu itu benar-benar menggugurkan dosa, bahkan jatuhnya air wudhu saja sudah menggugurkan. Begitu dalam satu minggu. Dia sangat menantikan datangnya hari Jumat yang istimewa itu. Dia pun berharap umurnya bisa sampai pada Ramadhan tahun depan.
Demikianlah, orang yang tobatnya diterima itu sadar kalau sifat manusia senang berbuat dosa. Hatinya yang bersih, peka dan Iembut terus berupaya menghindarkannya dari segala hal yang tidak baik. Dia menikmati betapa nyaman dan bahagia hidup bersama Pencipta, Pemilik dan Penguasa Kehidupan, Allah Ta'ala.


Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa yang melazimkan istighfar, niscaya Allah Ta'ala akan membebaskannya dari segala kesusahan dan kesedihan, serta melapangkannya dari setiap kesempitan dan akan mengaruniakan kepadanya rezeki dari jalan yang tidak terduga.”
HR. Abu Daud


K.H. Abdullah Gymnastiar
30 Oktober 2021

Kamis, 21 Oktober 2021

Meneladani AI-'Afuww Allah Yang Maha Pemaaf

Memupuk Jiwa Pemaaf

Seseorang yang mengaku beriman, idealnya tidak sekadar meminta maaf kepada Allah. Lebih jauh lagi, dia pun dituntut untuk meneladani sifat Al-Afuww dengan menginternalisasikan sifat tersebut dalam dirinya. Sebab, Rasulullah SAW telah berjanji, “Ada tiga hal yang jika seseorang melakukannya Allah akan menempatkannya dalam naungan-Nya, mencurahkan rahmat-Nya, dan memasukkannya ke dalam surga-Nya: (1) jika diberi rezeki, dia bersyukur; (2) jika mampu membalas, dia bisa memberi maaf, dan ( 3) jika marah, dia bisa menahan diri.” HR. Hakim

Memang, tidak bisa dipungkiri, ketika dizalimi orang lain, kita akan merasakan sakit hati sehingga tidak jarang sakit hati tersebut berujung pada kedendaman. Dengan meneladani Al-Afuww, kita dituntut untuk membuang jauh kedendaman tersebut. Bahkan sebaliknya, kita mendoakan orang-orang yang menzalimi itu agar bertobat dan menjadi orang saleh. Hal ini sangat menarik, sebab doa orang yang terzalimi itu sangat mustajab. Ketika kita terzalimi, saat itu peluang diijabahnya doa kita terbuka lebar. Sulit memang, akan tetapi itulah penentu kemuliaan diri.

Rasulullah SAW bersabda,
“Seutama-utamanya akhlak dunia dan akhirat adalah agar engkau menghubungkan tali silaturahim dengan orang yang memutuskan silaturahim denganmu, memberi sesuatu kepada orang yang menghalang-halangi pemberian padamu, serta memberi maaf kepada orang yang menganiaya dirimu.”

Kita dapat belajar dari Rasulullah SAW. Walau dihina, dicaci maki, difitnah, bahkan hendak dibunuh, tidak sedikit pun beliau mendendam. Beliau tetap saja berbuat baik kepada orang-orang tersebut dan begitu ringannya beliau memaafkan. Beliau adalah ”Tangan Allah” yang paling utama.

Sebuah hadis dari Abu Hurairah mengungkapkan,
“Pada hari Kiamat akan terdengar suara keras, ”Pada hari ini tidak ada seorang pun yang boleh berdiri, kecuali yang menjadi tangan Allah'.” Orang-orang berkata, “Maha Suci Allah, memiliki tangankah Allah?” Mereka mengatakan hal itu berkali-kali. Lalu beliau menjawab, “Benar, barang siapa memberi maaf sewaktu dalam kondisi mampu membalas, dialah tangan Allah.” 
HR Ad-Dailami

Guna menumbuhsuburkan jiwa pemaaf, setidaknya ada tiga hal yang dapat kita hadirkan dalam diri, yaitu:
Pertama, menyadari bahwa semua orang beriman itu bersaudara. Allah Ta'ala berfirman, “Sesungguhnya, orang-orang Mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat (Allah ). . .”.
 (QS Al-Hujurat, 49:10). Pemahaman bahwa setiap orang bersaudara, sedikit banyak, akan membawa tambahan energi bagi kita dalam mengendalikan kemarahan dan rasa sakit hati.

Kedua, berlatih untuk mengikis kedendaman dan sikap tidak mau memaafkan. Sebagai ilustrasi, kita bisa belajar dari para karateka yang berhasil menghancurkan batu bata dengan tangannya. Pertama kali memukulnya, bata tersebut tidak langsung hancur. Akan tetapi, dia tidak patah semangat. Diulanginya terus usaha untuk menghancurkan bata tersebut. Akhirnya, pada pukulan kesekian, pada hari kesekian, bata tersebut berhasil dihancurkan. Memang, tangannya bengkak-bengkak, akan tetapi dia mendapatkan hasil yang diinginkan. Begitu pula dengan hati; apabila dibiarkan sensitif, hati kita akan mudah terluka. Namun, ketika hati Sering dilatih, dia akan lebih siap menghadapi pukulan dari berbagai arah.

Ketiga, tidak memfokuskan perhatian terhadap hal-hal yang menyakitkan hati. Kalau disakiti seseorang, kita jangan melihat orang tersebut, akan tetapi lihatlah dia sebagai sarana ujian dan ladang amal dari Allah. Kita akan semakin sakit, apabila melihat dan mengingat orang yang bersangkutan.

Dengan memiliki jiwa pemaaf, Allah Al Afuww akan memuliakan kita. Maka, balaslah keburukan orang lain, dengan cara terbaik; Ifda' billati hiya ahsan. Itulah kunci kemuliaan diri yang akan melahirkan aneka keajaiban dalam hidup.

K.H. Abdullah Gymnastiar
19 Oktober 2021

Rabu, 06 Oktober 2021

Waktu Tidak Tertolaknya Doa

Berdoa Antara Adzan dan Iqamah

Memanfaatkan waktu antara adzan dan iqamah untuk berdoa kepada Allah Ta’ala, dan berharap bahwa Allah Ta’ala akan mengabulkan doanya. Karena siapa saja yang diberikan taufik dan kemudahan dari Allah Ta’ala untuk berdoa, berarti Allah Ta’ala menghendaki untuk mengabulkan doa tersebut.

Hal ini karena Allah Ta’ala mengatakan,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al-Mu’min [40]: 60)

Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الدُّعَاءَ لَا يُرَدُّ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ، فَادْعُوا
“Sesungguhnya doa yang tidak tertolak adalah doa (yang dipanjatkan) di antara adzan dan iqamah, maka berdoalah (di waktu itu).” 
HR. Ahmad no. 12584, sanad hadits ini shahih sebagaimana penilaian Syaikh Syu’aib Al-Arnauth

Dalam riwayat yang lain disebutkan,
الدُّعَاءُ لَا يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Doa itu tidak tertolak (jika dipanjatkan di antara) adzan dan iqamah.” (HR. Tirmidzi no. 212 dan 3595, )
Sedangkan dalam riwayat Abu Dawud dengan lafadz,
لَا يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ
“Doa itu tidak tertolak (jika dipanjatkan di antara) adzan dan iqamah.” 
HR. Abu Dawud no. 521

Terkabulnya doa ini tentu saja jika terpenuhi syarat-syarat berdoa dan juga mengamalkan adab-adab ketika berdoa.

Senin, 27 September 2021

Membaca Al-quran

 “Dan didatangkan pula seseorang yang mempelajari ilmu dan membaca Al-Qur’an, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan, sehingga ia mengetahuinya dengan jelas.

Allah bertanya: ‘Apa yang telah kamu perbuat?
Dia menjawab, ‘Saya telah belajar ilmu dan mengajarkannya, saya juga membaca Al Qur’an demi Engkau.’
Allah berfirman: ‘Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu agar dikatakan “seorang ‘alim” dan kamu membaca Al Qur’an agar dikatakan seorang “Qari’” , dan kini kamu telah dikatakan seperti itu, kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.
(HR. Muslim : 1905)

Sahabat yang baik, dari hadits tersebut, kita mengetahui ada orang-orang yang membaca al-quran tapi hal tersebut tidak mendekatkan dirinya kepada Allah, malahan membuat Allah murka kepadanya.
Mereka adalah : orang yang membaca alquran karena ingin mendapatkan pujian manusia, tidak ikhlas karena Allah, bukan untuk memahami dan mengamalkan isi quran, tapi untuk medapatkan gelar seorang ‘alim atau qari’ sehingga dia dimurkai dan dicampakkan Allah ke dalam neraka.

KH. Abdullah Gymnastiar
25 September 2021

Minggu, 19 September 2021

Silent Shodaqoh

 Seorang lelaki masuk ke toko buah " Berapa harga pisang dan apel sekilo ? "

Penjual: " Pisang sekilo Rp 15 rb, kalo apel sekilo Rp 50 rb.
 "
Tidak lama kemudian seorang Ibu yang sudah kenal dengan si penjual masuk kedalam toko.

Ibu : Berapa harga satu kilo pisang dan apel ?
Penjual : Pisang Rp 5 rb sekilo, klw apel Rp 20 rb sekilo
Ibu : Alhamdulillah...

Merasa di curangi lelaki tadi mendekati penjual dengan mata yang memerah karena marah dan akan ngomel pada penjual, tetapi si penjual segera memberi isyarat mata dan berkata padanya: " tunggu saya sebentar "

Kemudian si penjual memberikan kepada si Ibu tsb 1 kg pisang dan 1 kg apel dengan total harga Rp 25 rb.

Ibu itu pergi dengan gembira dan berkata : " Alhamdulillah terimakasih Ya Allah... anak-anakku akan bisa makan buah."

Setelah Ibu tsb pergi, si penjual meminta maaf pada pembeli lelaki tadi dan berkata: " Demi Allah, aku tidak mencurangimu. Tetapi Ibu itu mempunyai empat anak yatim namun dia selalu menolak bantuan apapun dari orang lain, setiapkali aku ingin membantunya pasti dia menolak.

Saya berfikir keras bagaimana caranya saya bisa menolongnya tanpa membuat dia merasa malu, dan aku tidak menemukan cara selain ini, yaitu dengan mengurangi harga untuknya.
Aku ingin dia tetap merasa tidak membutuhkan bantuanku dan aku juga ingin berniaga dengan Allah dan menyenangkan hati mereka.

Ibu itu datang kemari seminggu sekali. Demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya, setiap kali Ibu itu membeli buah dariku, hari itu aku selalu mendapatkan untung berlipat-lipat dan mendapatkan Rizqi dari jalan yang tak kusangka

Seketika itu lelaki pembeli tadi meneteskan air mata dan segera mencium tangan mulia si penjual.

Sungguh dalam menolong kebutuhan orang lain, ada kelezatan yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang pernah melakukannya
Pancinglah turunnya Rizqi dengan cara bersedekah...!

Semoga kita bisa seperti itu di Jumat barokah ini.... Aamiin....

Jaga Iman dan Akhlak

 Sahabatku iman yang paling baik adalah akhlak Dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ ...